15 September 2009

Budaya Indonesia (Sekali Lagi)

Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 10 September 2009, pukul 09.30, saya yang sudah duduk di kursi nomor 20F pesawat tujuan Pontianak. Ketika itu saya sedang memperhatikan keseluruhan isi pesawat. Tidak lupa juga saya memperhatikan sekeliling pesawat, kebetulan saya duduk tepat di samping jendela. Begitu beragamnya penumpang di pesawat ini,pikir saya dalam hati. Mulai dari balita, anak kecil, remaja, dan orang dewasa lengkap di sini. Baik dari kalangan biasa atau dari kalangan yang lebih dari biasa. Keberagaman itu juga terlihat dari cara berpakaian dan pakaian yang mereka kenakan. Ada yang memakai kemeja rapi dengan celana bahan serta sepatu pantofel. Seorang remaja dengan tampilan "sleneh" dengan celana setengah tiang, baju kaos, dan kaca mata kuda. Serta pakaian rapi ala eksekutif berbalut jas legan.

Tiba-tiba di tengah kesibukan saya mengamati seklitar, saya tersentil dengan sebuah pemandangan yang amat heroik. Seorang bapak usia 50 tahunan yang masuk belakangan ke dalam pesawat. Di saat hampir semua orang telah duduk di kursi masing-masing, ia melenggang masuk ke dalam pesawat. Yang menjadi perhatian saya bukan kehadiran beliau, namun tampilan beliau. Takjub! Pakaian batik dipadukan dengan celana kain dilengkapi dengan sebuah blangkon.


Hal ini mengusik alam berpikir saya, ternyata masih ada orang yang menggunakan blangkon di kehidupan sehari-hari. Mungkin saya pribadi sudah jarang melihat blangkon di kehidupan sehari-hari. Mungkin hanya saya lihat di acara-acara kebudayaan Jawa atau pementasan yang mengandung unsur budaya Jawa. Blangkon mengingatkan saya akan sebuah foto di masa kanak-kanak saya, ketika saya mengenakan blangkon lengkap dengan setelannya layaknya seorang dalang wayang. Saya yang dibesarkan dalam suasana budaya Jawa (karena saat itu saya tinggal di rumah Kakek yang seorang Jawa), setidaknya tidak terlalu asing akan hal-hal tersebut.

Namun, selang waktu berjalan tepatnya saat saya melihat bapak berblangkon itu. Terbesit dalam pikiran saya, kenapa blangkon menjadi asing bagi saya? Kembali meluas pertanyaan saya dalam benak menjadi, kenapa menjadi jarang melihat blangkon d kehidupan sehari-hari? Apakah blangkon dan ceesnya (batik,kain batik, dan sebagainya) sudah tidak sesuai dengan jamannya?

Kalau jawabannya tidak, kenapa sudah jarang terlihat. Kalau jawabnnya ia, apakah mereka juga akan hilang tertelan jaman?

Kajian atau pembahasan mengenai budaya khususnya budaya Indonesia mungkin sudah seirng kita dengar dan saksikan. Tapi, mungkin efeknya belum menyentuh segenap lubuk hati. Saya tidak menggurui, tapi hanya mengajak saudara-saudara umumnya dan saya khususnya untuk kembali peduli akan keberlangsungan budaya Indonesia. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Amanah keberagaman dan kekayaan budaya serta alam yang kita terima dari Sang Pencipta mudah-mudahan dapat kita jaga dan pelihara. Semoga keberagaman ini menjadi kekuatan kita untuk terus bersatu.

Untuk Indonesiaku, negeri yang kucinta!

120909

No comments: