27 September 2009

Kebohongan, dibenarkan atau tidak?

Dalam kehidupan manusia terkadang kita menjumpai dilematis. Yaitu, ketika diposisikan untuk memilih jujur atau bohong kepada seseorang. Memilih antara kedua hal ini bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Memang kita tahu kalau jujur itu adalah suatu hal yang baik. Namun, ada kalanya kita dihadapkan situasi yang mengharuskan kita untuk berbohong.

Kasus seperti ini mungkin sering kita hadapi. Ketika ingin jujur, tetapi kejujuran itu malah menyakitkan orang lain. Sehingga kita memilih untuk berbohong. Akan tetapi, apakah berbohong itu solusinya? Bukankah akan lebih menyakitkan jika ternyata orang yang kita bohongi itu tahu bahwa kita membohongi dia?

Meskipun niatnya baik, tetapi tidakkah nantinya akan timbul rasa kekecewaan karena orang tersebut merasa dibohongin. Bukankah hal ini yang malah membuat renggang silaturahmi? Ternyata niat yang baik, tidak menghasilkan hasil yang baik karena jalan yang kita pilih tidak baik (dengan berbohong).


Dilematis memang. Dan itu sering terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Namun, perlu digarisbawahi bahwa kebohongan dalam bentuk apa pun tidak lebih baik daripada suatu kejujuran. Mengutip perkataan Rasulullah bahwa katakanlah yang benar walaupun itu pahit. Selain itu, salah satu dari ciri orang yang munafik adalah orang yang berdusta (berbohong).

Hanya sekedar bahan introspeksi bagi diri saya pribadi dan kita semuanya, apakah kita sudah bisa untuk jujur? Baik itu jujur kepada diri sendiri khususnya dalam mengakui kesalahan yang kita perbuat? Atau jujur kepada orang lain dalam pergaulan kita sehari-hari?

No comments: