21 September 2014

Rahasia Kecilmu

Ini adalah kisah seorang teman lama. Kisah ini bermula saat kami masih sama-sama berkuliah di salah satu daerah yang tidak terlalu jauh dari ibukota. Seperti layaknya anak muda, temanku ini juga pernah merasakan masa indah dan juga masa suram dalam percintaan. Tapi, kali ini berbeda. Sampai 2 tahun perpisahan dengan kekasihnya, ia masih saja “gagal move on”.
Dia sering bilang, “Aku mau mencoba peruntunganku, siapa tau dia mendatangi tempat kenangan kami. Mungkin aku bisa bertemu dengannya, ah bukan, mungkin aku boleh melihatnya.” Ini adalah kalimat andalannya setiap kali dia hendak berangkat ke ibukota kalau mulai rindu.
Suatu waktu juga dia menjawab saat aku tanya, “Apa susahnya sih kau telpon atau kau sms dia dan ajak ketemuan?”
Jawabannya selalu sama, “Tak elok, Boi. Apalah aku yang hanya seorang mantan justru mau mengusik hidup barunya.”
Dan dia selalu tau apa jawabanku selanjutnya, “Kau pasti akan bilang, ya sudah kenapa susah-susah tersesat di masa lalu padahal dia sendiri sudah bahagia di sana. Tapi, kawan. Ini bukan soal tersesat atau tidak. Bagiku mencintai cuma sekali dan itu untuk dia.”
Habis sudah kata-kataku kalau beradu debat dengan pujangga cinta yang satu ini. Untuk soal yang satu ini, CINTA, dia memang aku akui lebih punya banyak pengalaman. Dari cerita-ceritanya di masa lampau, dia menyebut dirinya “mantan playboy”. Oke aku akui kebenaran cerita-ceritanya, tapi untuk yang kali ini sedikit aneh bagiku buat seorang “mantan playboy”. Kenapa susah-susah menunggu sampai 2 tahun untuk seseorang yang sudah jelas-jelas tidak lagi mencintainya? Bukannya gampang bagi playboy untuk pdkt ke cewek-cewek dan tidak butuh waktu lama bisa dijadiin pacar? Ini pertanyaan-pertanyaan besar atas kisah temanku ini.
Tanpa terasa sudah setahun sejak kelulusan dan kami sudah lama tidak bertemu. Temanku memilih bekerja di luar pulau dengan alasan gaji yang besar dan petualangan baru. Namun, bagiku alasannya jelas. “Melupakan kenangan”. Sedangkan aku, memilih melanjutkan sekolah di ibukota. Kota yang penuh kenangan, begitu julukan yang diberikan temanku setiap dia menyebut nama kota itu. Di hari itu, kami biasa saling bertukar kabar via whatsapp. Di tengah obrolan panjang tentang kisah-kisah kami di kota masing-masing, tiba-tiba temanku meminta pertolongan.
“Bisakah kau temui dia hari ini? Ini aku kasih petunjuk lokasi pertemuannya. Kalau kau sudah sampai di sana, bisa tolong kau telpon aku?”
Temanku ini sangat jarang meminta tolong seserius ini. Saat ku tanya alasannya dia hanya bilang, nanti akan aku ceritakan. Sebuah permintaan dari teman baik tak boleh ditolak. Lokasinya cukup jauh dari pusat kota, sekitar 13 km dari kontrakan-ku kalau berdasarkangoogle maps. Sampai di tempat, aku hanya bisa terkejut. Banyak pertanyaan dan dugaan yang muncul di kepala. Tapi, langsung saja aku telpon temanku seperti pesannya. Dia kemudian memberikan arahan lanjutan lokasi persis pertemuan tersebut.
Sekarang aku berdiri di depan batu nisan seorang wanita. Ya, aku tau betul siapa nama yang tertulis di situ. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah tanggal kematiannya, persis 3 tahun lalu saat temanku memulai tahap galau karena putus cinta.
“Boi, bisa tolong kau sampaikan kepadanya: Lama tidak berjumpa. Aku rasa kau sudah bahagia di sana. Aku minta maaf. Minggu depan aku akan benar-benar melanggar janjiku 3 tahun lalu. Janji untuk hanya selalu mencintaimu. Karena besok aku akan menikah dengan seseorang yang ternyata juga aku cintai. Maaf juga aku tidak sempat pamit saat akan pergi meninggalkan kotamu. Terima kasih, Boi.”, katanya diujung telpon dengan suara parau. Aku tau dia sedang menahan tangis dan tetap ingin terdengar tegar. Walaupun aku tau, ini bukan sekedar soal siapa yang kuat menahan tangis. Atau soal siapa yang tegar menghadapi masalah. Tapi, ini soal cinta  yang setia. 
Setelah selesai aku menyampaikan pesan dan juga kusampaikan doa di tempat itu. Aku beranjak pergi dan sempat termenung di parkiran motor. Ternyata ini rahasia kecilmu kawan. Rahasia yang kau pendam sendiri sejak 3 tahun lalu. Rahasia yang mungkin bisa kau bagi, tapi kau pilih tetap kuat dihadadapan aku. Rahasia yang kau bungkus rapi dengan kisah “gagal move on”-mu. Andai aku tau lebih awal. Aku tidak akan berani menertawakan kisah-kisahmu yang begitu galau saat itu. Aku juga tidak akan berdebat denganmu saat kau mulai mengeluhkan dia.
Bodohnya aku. Tidak lama temanku mengirimkan pesan, “Terima kasih, Boi. Kau memang kawan terbaikku. Maaf kalau selama ini aku tidak cerita. Aku hanya tidak ingin orang lain ikut bersedih karena kisahku dan aku juga tidak mau dikasihani karena nasibku. Kalau kau sempat, datanglah minggu depan di acara pernikahanku. Aku sengaja ingin memberikanmusurprise soal undangan ini.”
Ya, kawan.  Kau memang mengejutkanku, tapi bukan untuk undanganmu. Tapi, karena rahasia kecilmu ini. Akhirnya aku mengerti maksud kata-katamu dahulu. “Aku mungkin pernah menyukai banyak wanita, tapi aku ingin mencintai satu wanita saja.” Salut aku haturkan untuk kegigihanmu setia pada satu cinta itu, walaupun kalian memang tidak akan pernah bertemu lagi. Sebuah pelajaran berharga dari kisah seorang teman, kawan, sekaligus sahabatku.

21 September 2014
Oleh D. Sudagung

15 March 2014

Bulan dan Kamu

Bulannya muncul malu-malu
Mengintip dari balik kabut dan awan
Seperti kamu yang juga tersenyum malu-malu
Setiap sesekali terlihat mata kita saling bertatapan

Bulannya masih tetap indah meskipun langit malam begitu gelap
Ia bersinar terang menyaingi pekatnya malam
Begitupun kamu yang selalu indah sekalipun aku tahu kamu sedang dirundung gelisah
Kamu akan selalu tersenyum menunjukkan wajah terindahmu

Sinarnya begitu teduh
Senyummu begitu hangat
Itulah yang aku suka dari bulan
Itu juga yang aku dari kamu

Oleh D. Sudagung
15 Maret 2014

Cerah dan Benderang Kawan

Janganlah kau berkeluh kesah kawan
Hanya karena ia tak tersenyum lagi padamu
Janganlah kau mengutuk langit kawan
Hanya karena ia tak membalas lagi perhatianmu

Mungkin sekarang ia begitu berarti
Amat memenuhi pikiranmu
Mungkin dulu ia tidak lah penting
Terbesit pun tidak dalam mimpimu
Bagaimana nanti?
Nanti mungkin saja ia semakin berati
Nanti mungkin juga ia sangat tidak penting

Jalankan saja langkahmu kawan
Berjalanlah dengan lebih ceria
Kemurungan tidak lebih dari sekedar hujan di tengah cerah benderang
Bukan hujannya yang kau liat, tapi lihatlah langit yang cerah
Hujan itu hanya bonus, karena mentari tidak pernah lupa bersinar
Menjadikan langit menjadi cerah

Menjadi cerahlah kawan
Menjadi cerialah kawan
Hidupmu lebih luas dari sepetak hujan di langit yang cerah
Benderanglah dan keluarlah dari mendung itu kawan

Oleh D. Sudagung
15 Maret 2014

Pemahaman Yang Baik

Kesedihan hanya akan tetap menjadi kesedihan jika ia dilihat dan dipahami sebagai kesedihan. Begitupun dengan kesusahan, nasib buruk, celaka, patah hati, putus asa, segala yang tertulis dan terbaca dengan aksen dan makna yang jelek.

Ia hanya akan jadi sesuatu yang baik jika kita berbaik hati pada pikiran kita. Mau melihat segala yang jelek itu dari cara pandang yang baik pula. Melihat dengan pemahaman yang baik. Maka, dibalik kesedihan itu pasti akan terlihat kebahagiaan.

Begitupun dengan kesusahan, nasib buruk, celaka, patah hati, putus asa, segala yang tertulis dan terbaca dengan aksen dan makna yang jelek, semuanya akan menjadi ditulis dan dibaca dengan aksen dan makna yang baik.

Oleh D. Sudagung
12 Maret 2014, terinspirasi dari nasihat Bang Darwis Tere Liye.

11 March 2014

Bila KIta Bersyukur

Hujan, kenyang, otak lambat, inspirasi hilang, buntu, membodoh. Ah, deretan kata yang menyiratkan banyak keluhan. Bukan ini harusnya, bukan mengeluh, bukan pula kalah mengangkat tangan tanda menyerah. Jungkirkan deretan kata itu, goncangkan malam dengan semangat, hadapi kembali dunia dengan kesyukuran. Tiada arti meratap, tiada guna mengeluh, hidup lebih luas dari sekedar itu bila kita bersyukur.

Oleh D. Sudagung
11 Maret 2014

Pertemuan

Senyuman itu
Tatapan mata itu
Masih berbekas di ingatan

Bertukar kata
Beradu cerita
Berkisah tentang kehidupan

Ingin ku bingkai selalu pertemuan bersamamu
Sebuah cerita, dua pasang mata, dan dua buah senyuman

Oleh D. Sudagung
11 Maret 2014

Berlayar

Kalau sudah digariskan
Apalah daya kita yg lemah
Apalah daya sekalipun harta berlimpah

Layar telah terkembang
Kapal siap berlayar
Tiada badai yang akan menyurutkan langkah

Mari berlayar pada garis yang telah ditulis
Lihatlah samudera dengan cara yang baik
Sekalipun samudera menjadi badai
Badai selalu punya kisah yang baik di dalamnya
Hanya jika dia dilihat dengan pemahaman yang baik

Oleh D. Sudagung
10 Maret 2014

Galau itu Saat Menatap Bulan

Bukannya aku galau melihat bintang yang banyak di malam kemarin.
Karena bintang begitu banyak sehingga tak tentu bintang mana yg kau lihat.

Bukannya aku galau juga melihat matahari yang sinarnya begitu terang.
Karena ku tau kau mungkin tak kan berlama-lama menatap matahari.

Yang membuat galau adalah ketika menatap bulan.
Karena ku tau kau juga menatap bulan yang sama di kejauhan sana.
Entah berapa jauh, berapa lama kau menatap bulan, tapi aku tak bisa menatapmu.

Oleh D. Sudagung
9 Maret 2014

Catatan Kecil tentang Kenangan

Lagu itu kembali memutar memori yang ingin dia lepaskan
Seberkas kenangan lalu yang teringat kembali
Memunculkan lagi wajahnya yang telah lama berlalu
Lewat lagu, lewat doa, dan lewat mimpi ia berharap bertemu kembali

Sebait lagu yang dulu ia mainkan
Sebaris kata yg fasih ia nyanyikan
Untuk dirinya
Ia hanya mampu mengingat dan memeluk kenangan itu erat
Berharap kebahagian untuk dia dan dirinya

Oleh D. Sudagung
7 Pebruari 2014

27 February 2014

Sepasang Kaki dan Tuan

Biarkan saja kakinya melangkah
Menikmati setiap jejak kaki yg tercipta
Tiada yang akan menahan langkahnya
Jika memang ia hendak berjalan


Siapa gerangan Tuan memaksanya berhenti?
Apa hanya karena sepotong hati yang Tuan titipkan?
Apakah karena kemudian hati itu Tuan bawa kembali hingga ia tak juga boleh melangkah?
Apakah hanya karena Tuan lantas ia akan melangkah?


Bolehlah Tuan tanya padanya
Kaki itu mengendus bau dunia yang semerbak
Kaki itu mengintip di sela hamparan hati yang Tuan titipkan
Kaki itu mendamba luasnya dunia
Saat ia melangkah menjejaki jengkal dunia

Jikalau Tuan sudi mengikutinya, marilah berjalan beriringan menikmati senja dan pagi


Namun, jikalau Tuan hanya hendak melangkah menuntun menyuruhnya melangkah ke mana hati Tuan ingin sebaiknya Tuan menepi
Karena langkah kaki itu tidak akan turut pada kehendak Tuan semata
Ia juga ingin melangkah
Ia juga ingin menjelajahi dunia
Dunia yang indah penuh senyuman

Oleh D. Sudagung
25 Pebruari 2014

Sebuah Kisah Untuk Kawan

Di jalan ini
Tuhan meminta kita bersabar
Tidak untuk mengulang kesalahan yang lampau
Tidak pula untuk membuat kesalahan yang baru

Hidup adalah pengalaman berharga
Dari hidup kita belajar
Dari hidup kita memahami bahwa waktu tidak dapat diputar kembali

Jalannya hidup yang jadi bekal menata masa depan yang lebih baik
Mungkin sekarang ini nasihatku padamu, kawan
Mungkin di lain waktu kau yang akan menasihatiku dengan kisahmu

Oleh D. Sudagung
1 Pebruari 2014

Nyanyian Seorang Patah Hati

Liriknya menyayat hati
Petikan gitarnya menambah pilu kesedihan
Begitu juga nyanyiannya menyiratkan luka yang begitu dalam
Itulah nyanyian seorang patah hati

Tidak dia menangis
Tidak dia terdiam meratap nasib
Hanya tangannya mahir memainkan melodi
Lisannya merangkai bait
Otaknya mengalirkan pesona memadukan bait dan melodi
Lagu tercipta untuk mengusir kepedihan hati
Itulah nyanyian seorang patah hati

Melantunkan lagu berirama sendu
Begitu tulus nyanyian itu
Begitu dalam deretan bait yang tercipta
Hanyutlah mereka yang mendengarkan
Bukan ia yang menangis
Tapi mereka yang menangis
Ketika sepasang telinga disapa lagu yang begitu syahdu
Menyampaikan kisah yang menyentuh perasaan
Itulah nyanyian seorang patah hati

Oleh D. Sudagung
23 Pebruari 2014

Layaknya Mentari, Ibarat Rembulan

Mentari selalu bersinar di langit siang
Begitu pun rembulan setia menyinari langit malam
Meski terhalang pekatnya awan
Mereka tak pernah lepas menyinari
Merela selalu menepati janjinya untuk kekasihnya itu

Akankah kita manusia meneladaninya?
Setia pada 1 cinta
Selalu ada untuk 1 hati

Senyum terbaik untuk kekasih
Layaknya mentari yang bersinar dengan hangat kepada siang
Ibarat rembulan yang menyapa malam dengan lembut

Oleh D. Sudagung
9 Pebruari 2014

16 February 2014

Serangkai Kata Mengusir Gundah

Mungkin benar apa kata orang
Kejadian yang susah dan membuat gundah gulana itulah yang bisa menjadi suatu inspirasi besar
Membuka lekuk pikiran hingga kemudian kata-kata mengalir meluncur menjadi kisah
Bukanlah kemudian dibalik kesusahan itu engkau hanya berdiam diri mengutuk nasib
Bukan jua dengan nasib yang buruk itu lantas engkau hanya meratap menangis
Lihatlah jauh ke depan, lihatlah apa yang kemudian ada saat ini di hadapanmu
Kisahmu, pengalamanmu akan jadi pembuka jalan cerita-cerita yang mengalir karena kau melampiskan kesusahan itu lewat tulisanmu
Begitu pun aku saat ini
Mungkin tulisan ini tak lebih dari pelampiasan gundahku
Atau mungkin juga ini sebuah desakan ide inspirasi yang seketika terbakar oleh kisah pedihku
Tidak usahlah kau kutuk nasib burukmu
Bukankah penyair juga sudi berbagi kisah pilunya
Bukankah pencipta lagu juga mengisahkan ceritanya lewat melodi
Dan kita, sebagai pembaca, sebagai pendengar, akan menikmati dengan sangat suatu kisah yang ditulis dengan tulus oleh si empunya cerita
Tulisan ini hanya ceceran kata yang coba ku rangkai
Sedikit banyak dia mengalir di tengah kegundahanku
Diselingi rintik hujan di luar sana sedang di dalam hatiku hujannya amat deras

oleh D. Sudagung
16 Pebruari 2014

Kemarin, 6 Desember 2013

Malam pun tidak bersahabat padaku
Begitupun bulan tidak lagi tersenyum
Tidak seperti kemarin
Saat kau hadir di hari-hariku

Malam ini aku hanya bertemankan hujan
Meratapi senyum indahmu kemarin

Ya kemarin
Pertemuan pertama kita
Pertemuan tersingkat
Senyum yang kubingkai erat di ingatan
Dan senyuman yang akan selalu ku kenang
Entah kapan aku akan melihat senyuman itu lagi

Oleh D. Sudagung
7 Desember 2013