15 December 2011

Sejarah Hadist dan Mencontoh Nabi Muhammad SAW

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Menurut sumber yang saya sadur Hadist adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadist dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan Hadist merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. (http://opi.110mb.com/haditsweb/pendahuluan/pengertian_hadits.htm). Selain itu, saya juga pernah mendapatkan ilmu semasa sekolah dulu bahwa diamnya Nabi Muhammad juga termasuk dalam Hadist.



Berdasarkan sejarahnya Hadist terbagi dalam tiga pembabakan waktu, yaitu:

Masa Pembentukan Hadist

Hadist mulai ada pada masa Islam di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu, sahabat sering sekali meminta pendapat kepada Rasul terkait banyak hal. Jawaban-jawaban Rasul ini termasuk dalam hadist. Kemudian perbuatan Rasul seperti tidur dengan menghadap ke samping juga termasuk dalam hadist. Sehingga dapat saya katakan hadist itu tidak hanya sebagai perintah tapi juga merupakan teladan bagi umat Islam.

Jika Al-Qur’an mengatur mengenai prinsip dasar kehidupan, maka Hadist adalah contoh pengaplikasian itu yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Hadist di masa Rasulullah tidak ditulis akan tetapi hanya dihafal karena pada masa itu Rasulullah masih hidup dan masih bisa dimintai keterangannya secara langsung. Selain itu, dikhawatirkan penulisan Hadist akan tercampur aduk dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Karena semasa Rasulullah hidup ayat Al-Qur’an masih diturunkan secara bertahap hingga sampai dengan momentum Haji Wada’ (Haji Perpisahan).

Untuk mensiasati pelestarian Hadist di masa tersebut dilakukanlah perilaku saling bertukar hadist oleh sahabat. Tujuannya adalah supaya bisa menjadi teladan bagi sahabat atau orang di masa itu yang tidak bertemu langsung dengan Rasul.

Masa Penggalian

Setelah wafatnya Rasulullah, pada awalnya sahabat tidak terlalu bermasalah dengan Hadist karena masih banyak sahabat yang masih hidup dan seolah-olah menjadi penerus Rasul saat menjawab pertanyaan seputar kehidupan atau mengenai Al-Qur’an. Akan tetapi sejak masa kekhalifaan Umar bi Khattab, wilayah dakwah Islam dan daulah Islam meluas hingga ke Jazirah Arab. Hal ini menimbulkan permasalahan baru mengingat daerah yang meluas. Ditambah dengan penyebaran sahabat dan berkurangnya jumlah sahabat yang dulu hidup di masa Rasulullah. Namun, karena kebutuhan untuk memecahkan masalah baru mendorong para sahabat untuk semakin sering bertemu untuk saling bertukar Hadist. Pada masa ini Hadist juga belum dibukukan.

Masa Penghimpunan

Mulai terhimpunnya hadist adalah sejak kekhalifaan Ali bin Abi Thalib dimana terjadi pergolakan dimana beberapa orang mulai membuat Hadist palsu untuk melegitimasi tindakan-tindakan makar terhadap khalifah. Puncaknya adalah saat terbunuhnya Khalifah Husain bin Abi Thalib. Lantas kemudian para tabi’in mengambil sikap tidak mau lagi menerima Hadist baru kecuali dengan syarat ketelitian yang tinggi. Yaitu, harus jelas siapa sumber dan siapa yang membawakan Hadist, kondisi si pembawa Hadist apakah ia seorang yang pelupa atau tidak, masih kanak-kanak atau telah udzur, benar atau tidaknya sumber dan pemberitaan suatu Al Hadist dan sebagainya. Syarat-syarat ini diturunkan kepada murid-murid mereka sehingga syarat diterimanya Hadist menjadi lebih ketat.

Di masa kekhalifaan Bani Umayah, Umar bin Abdul Aziz memerintahkan kepada para kepala daerah untuk menghimpun Hadist dari para tabi’in. Salah satu tabi’in yang terkemuka adalah Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillah bin ‘Abdullah bin Syihab Az Zuhri. Ia berhasil menyelamatkan 90 Hadist yang tidak sempat diriwayatkan.

Usaha pembukuan Hadist dimulai dengan melakukan pengelompokkan mana yang marfu’ yang berisi perilaku Nabi Muhammad, mauquf ialah yang berisi perilaku sahabat dan maqthu' ialah yang berisi perilaku tabi'in. Yang perlu menjadi catatan pada masa ini adalah telah diusahakannya pemisahan habits shahih dan tidak shahih. Hadist shahih adalah Hadist yang benar dan jelas runutan perwayatnya sehingga punya tingkat kebenaran yang tinggi.

Ahli Hadist pada abad 3 Hijriyah umumnya melakukan koreksi atau verifikasi saja atas Hadist yang telah ada selain juga menghafalkannya. Pada 4 Hijriyah merupakan masa penyelesaian pembinaan atas Hadist. Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan kitab Hadist, menghimpun yang berserakan dan memudahkan dalam mempelajari Hadist.

Analisis saya adalah terdapat kebutuhan yang sama oleh para muslim akan Hadist. Hal ini didasari pada salah satu Hadits Rasulullah yang intinya adalah umat manusia diserahkan dua pusaka yang akan membimbing kehidupannya setelah Rasul wafat yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Proses pembukuan hadist hingga yang kita nikmati sekarang adalah suatu proses panjang dalam rangka melestarikan teladan yang diajarkan Rasul. Bahkan menurut penelitian hadist yang berisi perilaku Rasul setelah diteliti secara ilmiah beberapa memang memiliki keunggulan dan dapat dibuktikan secara ilmu pengetahuan. Seperti perilaku menghisap jari setelah makan, hal ini menurut penelitian merupakan suatu hal yang baik karena di jari tangan terdapat bakteri yang dibutuhkan oleh saluran pencernaan manusia.

Syaikh Ibnul Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Shalihin mengungkapkan hikmah lainnya dari sisi medis, "Ada orang yang menyampaikan informasi kepadaku yang bersumberkan dari keterangan salah seorang dokter, bahwa ruas-ruas jari tangan ketika digunakan untuk makan itu mengeluarkan sejenis cairan yang membantu proses pencernaan makan dalam lambung. Seandainya informasi ini benar maka ini adalah di antara manfaat mengamalkan sunnah di atas. Jika manfaat secara medis tersebut memang ada, maka patut disyukuri. Akan tetapi jika tidak terjadi, maka hal tersebut tidaklah menyusahkan kita karena yang penting bagi kita adalah melaksanakan perintah Nabi.” (Syarah Riyadhus Shalihin Juz VII hal 243-245)

Sudah menjadi rahasia umum bahwa keberadaan Nabi Muhammad SAW mendapatkan tempat dan perhatian bagi masyarakat dunia. Tidak hanya dari kalangan muslim saja, tetapi oleh semua manusia. Bahkan beliau ditempatkan pada posisi teratas dalam beberapa buku ranking manusia berpengaruh di dunia.

Betapa banyak rahasia dan manfaat dibalik perilaku, perintah, dan larangan yang dicontohkan oleh Rasul. Sehingga sebagai seorang figur teladan. Sudah sepantasnya kita sebagai manusia yang jauh dari sempurna ini mencontoh perilaku Rasul.

Kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Penulis menerima kritikan dan masukan dari rekan-rekan pembaca sekalian. Semoga sedikit yang saya tuliskan ini dari beberapa sumber dapat menjadi sebuah tambahan ilmu dan bermanfaat bagi kita semua.

031211

Pertama kali ditulis pada http://www.connect.facebook.com/groups/116780403437/doc/10150592790623438/

Sekilas Statistical Semantics

“Statistical semantics is the study of "how the statistical patterns of human word usage can be used to figure out what people mean, at least to a level sufficient for information access" (Furnas, 2006).”

Inilah paragraf yang mengawali teks rujukan tulisan saya. Statistical semantics menjelaskan kepada kita tentang pola penggunaan bahasa yang dapat menterjemahkan makna yang tersirat dari manusia tersebut. Berdasarkan sejarahnya istilah statistical semantics pertama kali digunakan pada tahun 1955 oleh Weaver. Ia menjelaskan bahwa dasar menterjemahkan kalimat ke dalam sebuah makna haruslah ada keterhubungan antara kata yang berdekatan.


Pada prakteknya, dalam melakukan penterjemahan makna kita tidak akan bisa melepaskan satu kata dengan kata yang lain. Karena pada prinsipnya melakukan pemaknaan adalah melihat kata per kata berdasarkan situasi. Dalam bahasa Indonesia misalnya kita mengenal adanya makna konotatif dan denotatif. Contohnya, “kebakaran jenggot” ketika kita artikan secara riil maka maknanya adalah jenggot seseorang yang terbakar. Tapi, ketika kita melihat pada situasi dan pola kalimatnya “kebakaran jenggot” juga bisa diartikan mendapatkan sesuatu yang mengejutkan. Atau pada frase “cuci tangan” juga demikian, ketika Anda menyebutkan “Kemarin saya menggunakan air untuk cuci tangan.” Maka, makna yang muncul adalah aktifitas membersihkan tangan dengan air. Namun, akan berbeda ketika melihat kalimat, “Dia cuci tangan atas tindakan pemerkosaan yang dilakukan tempo hari.” Untuk apa membersihkan tangan setelah tempo hari memperkosa orang? Disini artinya adalah melepaskan tanggung jawab. Bahwa terlihat ada suatu pola yang membedakan makna antara frase tertentu dan frase yang lain.

Terdapat beberapa variasi yang disampaikan dalam artikel ini, antara lain : mengukur kesamaan arti kata (Lund et al., 1995; Landauer and Dumais, 1997; McDonald and Ramscar, 2001, Terra and Clarke, 2003), mengukur kesamaan hubungan antar kata (Turney, 2006), pemodelan kesamaan berdasarkan generalisasi (Yarlett, 2008), penemuan kata-kata dengan melihat hubungan yang telah diberikan (Hearst, 1992), melakukan klasifikasi hubungan antara kata-kata (Turney and Littman, 2005), memunculkan kata kunci dari dokumen (Frank et al., 1999; Turney, 2000), mengukur kohesifitas dari teks (Turney, 2003), menemukan perbedaan kata (Pantel and Lin, 2002), menentukan aspek dari kata (Turney, 2001), dan pembedaan pujian dan kritik (Turney and Littman, 2003).

Hal yang perlu dilihat bahwa terdapat dua atau lebih cara melihat sesuatu kata. Jika ditarik ke ranah yang lebih luas bahwa dalam melihat sesuatu hal tidak hanya bisa dilihat dari segi dia apa adanya. Makna yang terkandung di dalamnya harus bisa diterjemahkan dengan baik sehingga maksud dari si penulis pun dapat diterjemahkan. Tulisan melalui kata-kata adalah serangkaian baris kata yang coba dituangkan oleh penulis berdasarkan pola pemikirannya. Ide dari si penulis ia transfer dalam bentuk rangkaian kata. Pembaca diminta mampu mentafsirkan kemana si penulis ingin membawa fantasi atau pikiran pembaca. Sehingga peran dari statistical semantics ini sangat diperlukan.

Tapi, patut disadari bahwa dunia ini adalah lingkaran bebas penafsiran. Bahwa saya berbeda penafsiran dengan Anda adalah hal yang lumrah. Karena tidak akan lepas dari subjektifitas manusia. Hal yang mungkin coba saya ingatkan sebagai manusia yang lemah ini adalah bahwa mari kita belajar untuk menghargai perbedaan karena dengan begitu kita tidak akan terkurung pada dimensi pribadi yang penuh keegoisan.

031211

Ditulis pertama kali di http://www.facebook.com/groups/116780403437/doc/10150592497733438/

Hidup itu dari Mati

War on War - Wilco

It's a war on war
It's a war on war
It's a war on war
It's a war on war
It's a war on war
It's a war on war
It's a war on war
There's a war on

You're gonna lose
You have to lose
You have to learn how to die


Just watching the miles flying by
Just watching the miles flying by
You are not my typewriter
But you could be my demon
moving forward through the flaming doors

You have to lose
You have to learn how to die
if you want to want to be alive, okay?

You have to lose
You have to lose
You have to learn how to die
if you want to want to be alive

You have to die
You have to die
You have to learn how to die
if you want to want to be alive, okay?

Pada lirik lagu di atas tersirat mengenai pesan seseorang untuk orang lain dalam menjalani hidup. Kehidupan itu bermulai dari peperangan dalam perang. Seseorang untuk hidup harus tahu caranya mati. Hal ini menunjukkan bahwa untuk berada di atas putaran roda, maka kita harus sudah tahu bagaimana rasanya hidup di posisi di bawah.

Banyak orang yang hidupnya langsung berada di atas tanpa pernah merasakan bagaimana hidup di bawah. Namun, ketika mereka terjatuh dari posisi atas tersebut maka jatuhnya akan sakit sekali. Rata-rata kehidupannya jadi hancur, mulai dari broken-home, stress, gila, bahkan yang terparah adalah bunuh diri. Hal ini terjadi mana kala orang yang terbiasa hidup serba ada dan tiba-tiba ia menjadi orang tidak berada.

Kebalikannya adalah orang yang memulai hidupnya dari posisi terbawah. Ini adalah posisi orang-orang yang memanjat tebing kehidupan untuk bisa sampai di atas langit. Perjuangan mereka, penderitaan mereka, dan cucuran keringat mereka jadikan penopang hidupnya. Kebanyakan orang yang seperti ini adalah orang-orang yang akan lebih sukses. Mereka-mereka ini adalah orang yang akan lebih bisa mensyukuri hidupnya karena pernah merasakan betapa beratnya hidup di bawah.

Sebait lirik ini memberikan kita pelajaran untuk tidak selalu melihat ke atas, lihatlah orang-orang yang posisinya di bawah kita. Tujuannya supaya kita tidak menjadi sombong dan lupa diri. Bahkan kehidupan berawal dari tanah, setiap orang yang pernah hidup akan merasakan mati dan kembali ke tanah. Semoga sedikit tulisan ini bisa menjadi penggugah semangat kita untuk menjadi lebih baik dan banyak bersyukur.

041211

Ditulis pertama kali di http://www.facebook.com/groups/116780403437/doc/10150575050878438/

27 October 2011

Kumaha Aing We

Reputasi?

How do I Build my Reputation?

Pertanyaan di atas memerlukan jawaban sebuah proses. Proses yang saya lakukan dalam membentuk reputasi terhadap diri saya pribadi. Selama ini prinsip yang saya anut adalah biarlah orang menilai apa pun terhadap diri saya, karena inilah saya apa adanya. Untuk apa menutup-nutupi kekurangan kalau kekurangan itu adalah memang bagian dari diri saya pribadi. Selain itu, yang juga menjadi prinsip saya adalah biarkan orang lain menilai tanpa perlu dipamer-pamerkan. Mereputasikan diri saya istilahkan sebagai melakukan tindakan yang apa adanya sebagaimana saya biasanya.

Apa yang saya lakukan adalah karena saya ingin melakukannya dan mudah-mudahan tidak ada rasa kesombongan karena ingin dipandang baik oleh orang lain. Secara pribadi saya lebih menghargai orang-orang yang berani menunjukkan jati dirinya apa adanya. Tanpa harus memakai topeng. Tanpa harus mengenakan pakaian-pakaian yang bertujuan memperindah tampilannya di depan orang lain. Buat apa Anda terlihat cantik atau Anda terlihat indah jika di dalam keterlihatan cantik dan keterlihatan indah itu Anda sejatinya jelek?

Reputasi adalah bagaimana penilaian manusia melihat seseorang atau dalam kata lain bagaimana seseorang dilihat oleh manusia lainnya. Satu poin yang saya garisbawahi adalah reputasi merupakan bentukan pemikiran dan penilaian manusia yang tidak akan pernah lepas dari “subjektifitas”. Penilaian secara manusia dapat berubah-ubah tergantung seberapa subjektif penilai tersebut. Faktor-faktor kedekatan dan yang paling utama adalah faktor kemanusiaan (baca: rasa tidak enak) kepada kerabat atau orang yang kita kenal akan sangat mempengaruhi penilaian. Hal ini yang coba saya angkat bahwa mencari reputasi yang serba subjektif dan manusiawi ini bukanlah menjadi tujuan utama.

Utopiskah saya? Bahkan mendefinisikan utopis itu terlalu tinggi bagi saya. Tapi, begitulah adanya dan begitulah kenyataan duniawi yang sering kita temukan. Saya dinilai baik atau saya dinilai buruk tergantung si penilai atau si manusia tersebut. Apalah arti penilaian baik dari manusia jika saya tidak mendapat nilai baik dari Sang Pencipta. Seperti itulah kurang lebih ilustrasi jalan yang saya tempuh dalam rangka mereputasikan diri saya. Manusia juga bisa salah, tapi Allah tidak akan salah. Maka dari itu walaupun orang lain menilai saya adalah orang baik atau buruk bukanlah menjadi soal, karena yang lebih tahu apa yang saya perbuat adalah saya dan Allah.

Reputasi atau penilaian dari orang lain menurut saya adalah sebuah koreksi pribadi dan bukan menjadi suatu tolak ukur kepuasan dalam melakukan hal yang baik. Jika menurut orang lain itu adalah salah atau buruk, maka saya harus melihat rekaman tindakan saya dan menjadikan pelajaran. Kemudian jika orang menilai itu baik, maka tidak kemudian saya berbangga hati dan membusungkan dada karena hal tersebut tidak lepas dari tuntunan Allah. Karena saya yakin yang menilai dengan adil adalah Allah. Untuk itu ada sebuah pernyataan yang saya dengar dalam sebuah ceramah yang juga menjadi salah satu penyemangat saya adalah “Lakukanlah yang kamu yakini benar dan jangan saling menyalahkan kepada orang yang berbeda jalan dengan kita. Karena yang akan memberikan penilaian di hari akhir adalah Allah”.

Dari sebaris kalimat indah tersebut, saya kemudian memantapkan diri untuk insyallah jika Allah berkenan saya akan tetap melakukan sesuatu dengan cara dan gaya saya sendiri. Meningat reputasi bagi saya adalah bagaimana tetap menjadi diri sendiri. Dalam jargon Sunda, “Kumaha aing wae!”

diposting pertama kali di :

http://www.facebook.com/groups/150466301718640/doc/151329681632302/

23 October 2011

Suudzon Terhadap TNI?


Tersenyum simpul, itulah reaksi saya ketika menerima artikel ini. Sepengetahuan saya TNI memang tidak boleh terjun di dunia bisnis dan juga politik. Setelah saya membaca artikel ini, ternyata ada klausul yang membolehkan tentara masuk ke ranah bisnis. Yaitu, dengan dalil atas nama pemerintah dan negara jika ia duduk di Badan Usaha Milik Negara. Informasi baru dan tambahan pengetahuan bagi saya.

Akan tetapi, perlu digarisbawahi bahwa apa yang saya yakini adalah TNI sebagai instrumen pertahanan negara harusnya tetap pada koridornya dan tidak terjun ke dunianya masyarakat sipil. Terjun disini dalam arti ikut dalam kegiatan politik atau bisnis. Karena menurut saya, tugas dan fungsi mulia yang mereka embang lebih besar dari sekedar ikut-ikutan bergabung di partai politik atau berenang di dunia bisnis. Tuntutan pekerjaan mereka mengamankan setiap jengkal Negara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman yang datang secara fisik.
Muncul pertanyaan terkait artikel ini, apakah sudah aman Indonesia dari ancaman sampai ada anggota TNI seperti Marsekal Madya TNI Rio Mendung Thalieb yang bisa ikut dalam dunia bisnis? Kalau dibilang aman, menurut saya ancaman tidak bisa diprediksi kapan datangnya sehingga menuntut kewaspadaan dan kesigapan pihak terkait. Lantas kenapa kasus ini bisa terjadi?
Kasus ini agak janggal karena terdapat dua perbedaan opini. Pertama, menurut Laksamana TNI Agus Suhartono menyatakan bahwa Bapak Rio Mendung tidak melakukan pelanggaran karena dia sudah memasuki masa 8 bulan sebelum pensiun. Dan berdasarkan UU TNI, anggota yang akan memasuki masa 1 tahun sebelum pensiun boleh melakukan penjajakan dan persiapan pensiun. Akan tetapi, pernyataan yang berbeda meluncur dari Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Beliau menyebutkan bahwa Rio yang saat itu menjabat Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional tidak diperkenankan terjun ke dunia bisnis. Hal ini dikarenakan beliau saat itu masih memangku jabatan struktural di TNI.
Sebagai warga negara yang baik, saya mencoba menyimak kedua pendapat yang bertolak belakang ini. Ada kondisi-kondisi di mana suatu aturan dapat di-multi-tafsirkan. Contohnya dalam hal ini berbeda kacamata, maka berbeda pula pemaknaan dan implementasinya. “Hebat” sekali aturan di negara kita ini, yang saya lihat di beberapa aturan ada celah yang bisa dipolitisirkan. Ada celah untuk memanfaatkan kepentingan-kepentingan tertentu bagi keuntungan segelintir orang. Saya melihat adanya sebuah kepentingan yang bermain dibalik perbedaan pernyataan antara petinggi negara ini. Lord Acton pernah menyebutkan, “Power tends to corrupt”. Saya melihat terkesan ada pihak yang mungkin bermain di balik kasus ini atau mungkin saja posisi Rio itu sendiri mendapat tempat tersendiri di tubuh TNI. Bukan bermaksud berburuk sangka, tapi perbedaan pernyataan ini memicu orang untuk berburuk sangka. Akan lain ceritanya jika kedua petinggi selevel Panglima TNI dan Menteri Pertahanan memberi pernyataan yang sama dalam kasus Rio ini.
Silahkan Anda memberikan pandangan dan saya berharap Anda dapat menambah pengetahuan saya dan kita semua yang membaca terhadap salah satu potret bangsa Indonesia. Semoga dari potret ini dapat menimbulkan sebuah perbaikan bagi negara kita Indonesia. Being different is not always bad, just believe what you believe it’s right.
ditulis pertama kali di :

23 September 2011

Perpustakaan Propinsi Kalimantan Barat, Nasibmu Kini


Kurang lebih 1 bulan yang lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi perpustakaan Propinsi Kalimantan Barat. Dilandasi semangat untuk mengerjakan tugas salah satu mata kuliah yang menuntut sumber buku, maka inspirasi untuk mengunjungi perpustakaan pun muncul. Iseng dan rasa penasaran menggugah saya untuk sekali lagi setelah sekian lama tidak berkunjung ke perpustakaan yang terletak di bilangan jalan Sutoyo di Kota Pontianak.

Walaupun sebenarnya sering sekali saya melewati perpustakaan ini, namun baru saat itulah hati ini tergugah untuk masuk dan berkunjung. Ini adalah kunjungan kedua saya ke sana. Well, di umur saya yang 21 tahun dan ini baru kunjungan ke 2. Saya akui minat untuk menjadi penikmat perpustakaan memang agak kurang karena perkembangan toko buku Gramedia yang menurut saya lebih lengkap menjual beragam buku-buku. Ditambah fasilitas full-ac yang mendukung suasana untuk “ngadem” mengisi waktu luang.

Perpustakaan ini tampak tak berubah jika dibandingkan dengan kunjungan pertama saya ke situ. Hal ini menciutkan semangat saya mengingat image yang saya dapat dari kunjungan pertama bahwa perpustakaan ini masih kurang rapi dan begitu-begitu saja.


Rasa cemas itu pun sedikit menghilang ketika saya masuk. Dalamnya ternyata sudah mengalami kemajuan. Cat putih dan pintu dari kaca untuk tiap ruangan koleksi dan sedikit renovasi yang membuat perpustakaan ini terlihat lebih “muda”. Langkah saya sempat terhenti di simpang dua ruang koleksi karena tidak ada petunjuk ruangan mana yang menyimpan koleksi apa. Saya memutuskan untuk memasuki ruangan di kanan saya.

Setelah berkeliling di ruangan itu ternyata yang saya dapati adalah buku-buku beraliran ilmu eksak, mulai dari teknik sampai pertanian, dan sebagainya. Merasa tidak menemukan yang saya cari disini, maka saya melanjutkan perjalanan menuju ruangan di sebelah kiri tadi. Perlu saya tambahkan bahwa di masing-masing ruangan sudah dilengkapi dengan fasilitas AC. Hal ini menambah ketakjuban saya akan perkembangan perpustakaan ini.

Saya lebih merasakan aura ilmu sosial di ruangan yang satu ini. Berjejer buku-buku dari masing-masing rak mulai dari soal bahasa, filsafat, ilmu agama, politik, hukum, bahkan ilmu hubungan internasional. Buku Hans J. Morgenthau yang selama ini hanya saya kenal lewat judulnya pun ada, bahkan dengan edisi bahasa Indonesia. Hati saya semakin bergemuruh menandakan optimisme yang meningkat terhadap perpustakaan ini.

Setelah berkeliling dan sempat membaca salah satu buku filsafat berjudul “Machiavelli”, saya memutuskan untuk bertanya kepada petugas resepsionis. Karena sampai saat itu saya belum menemukan buku tentang Rusia. Setelah bertanya ternyata di atas terdapat juga ruang koleksi dan saya memutuskan untuk mencoba lantai 2 yang belum pernah saya jamah.

Terdapat sebuah ruangan koleksi lagi di kiri dan kanan jalan, tetapi saya memutuskan memilih ruangan di kanan jalan karena secara tampilan lebih meyakinkan. Di ruangan ini saya melihat tumpukan buku-buku pengetahuan seperti World Book dan banyak lagi koleksi keilmuan dasar yang cukup lengkap. Bahkan koleksi koran sejak tahun 1990an dengan berbagai macam merek terdapat disini.

Kebetulan sekali buku yang saya cari ada disini. Akan tetapi, sialnya saya tidak membawa kertas dan buku untuk mencatat bahan yang saya temukan. Setelah membaca saya memutuskan untuk pulang karena kekesalan tidak membawa alat tulis. Di tengah kebuntuan itu, saya berbincang dengan petugas perpustakaan di lantai 2 itu. Alhamdulillah ternyata saya boleh memfotokopi bahan yang saya perlukan di koperasi belakang perpustakaan dengan cukup meninggalkan kartu identitas. From below, i’m coming up!

Setelah mendapatkan yang saya cari-cari saya pun memutuskan untuk pulang mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB. Cukup puas dengan hasil yang saya dapat di hari itu.

Beberapa hal yang dapat saya sampaikan di sini adalah bahwa perpustkaan ini tidak terlalu ramai dikunjungi oleh pengunjung. Ketika saya bertanya ke petugasnya juga tidak bisa menyebutkan berapa detail rata-rata pengunjung ke sini. Saya berasumsi demikian karena melihat beberapa buku yang daftar peminjamnya sudah lama sekali atau bahkan terdapat buku-buku yang belum dipinjam.

Selain itu, dari awal masuk ke dalam perpustakaan tidak terdapat informasi yang jelas ke mana pengunjung hendak mencari buku yang dia cari. Baik informasi tertulis berupa petunjuk ruangan atau informasi lisan dari petugas-petugasnya. Sepertinya mereka menganut prinsip pasif, karena ketika saya sempat utarakan pertanyaan kenapa tidak ada petunjuk ruangan seorang petugas menjawab bahwa bertanya saja kepada petugas mungkin kami bisa membantu.

Di samping itu sedikit kekecewaan saya adalah urutan buku dan peletakan buku yang kadang tidak sesuai dengan label di raknya. Ditambah belum ada komputer pencari layaknya di toko-toko buku modern yang membantu pengunjung mencari buku yang mereka inginkan. Menurut pernyataan petugasnya memang sempat ada, hanya saja karena sering terjadi gangguan jaringan maka tidak gunakan untuk sementara. Ia juga mengeluhkan pembaca yang kadang tidak meletakkan buku pada tempatnya ditambah lagi mereka juga merasa kurang mampu mengawasi semua buku-buku yang ada.

Perpustakaan ini juga dilengkapi dengan fasilitas musholla yang juga full-AC. Hal ini dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung selama di perpustakaan. Saya dapat tambahkan bahwa koleksi di perpustakaan ini lumayan lengkap karena buku dari berbagai genre ada di sini.

Sebagai penutup tulisan ini saya ingin memberikan beberapa masukan, pertama dari segi tata letak buku. Akan lebih baik jika buku yang ada disusun rapi dan sering dicek ulang penempatannya, sehingga akan memudahkan pengunjung untuk mencari buku yang mereka inginkan. Ditambah lagi dengan adanya petunjuk keterangan ruangan. Karena ada kalanya pengunjung sungkan untuk bertanya, akan lebih baik jika hal tersebut ditambahkan.

Kedua, terkait promosi terhadap perpustakaan itu sendiri. Menurut saya perpustakaan bisa melakukan program kerjasama dengan sekolah-sekolah untuk melakukan kegiatan “Trip to Library”. Hal ini dapat berdampak pada penanaman minat baca anak dari usia dini sampai jenjang SMA. Selain itu, bisa juga melakukan promosi-promosi di tempat-tempat umum seperti Mall. Promosi juga menurut saya lebih dibuat menunjukkan perpustakaan itu bukan produk jadul, tapi merupakan produk yang tetap muda dan mengikuti perkembangan zaman.

Ketiga, arus informasi dan komunikasi melalui internet juga perlu digalakkan. Mungkin bisa dengan mendata buku-buku apa saja yang ada dan kemudian di posting di website perpustakaan propinsi ini. Sehingga orang bisa lebih gampang dalam mencari buku-buku yang mereka inginkan dan kemudian melakukan peminjaman dengan berkunjung ke perpustakaan berdasarkan informasi yang mereka dapatkan di website.

Saya berharap perpustakaan dan minat baca kita semua terus ditingkatkan. Karena bangsa yang beradab adalah budaya yang memiliki budaya literasi dan akan mati jika bangsa tersebut tidak mau membaca.

240911

11 August 2011

Semangat, Berbeda, dan Tujuan

Mencari semangat tidak hanya lewat mata, mencari semangat tidak hanya lewat kata. - Adityo D. Sudagung dalam sebuah inspirasi malam yang membuatku tetap terjaga



Sepenggal kalimat yang abstrak dan tanpa makna, mungkin saja. Tapi, sebaris kata-kata ini menerjemahkan beragam ide dari penulis. Apakah semangat? Bahkan penulis bingung menjelaskan "semangat" dalam satu atau lebih kata. Yang penulis tahu, semangat itu saat kita naik. Apa lagi itu saat kita naik? Penulis mengartikan istilah itu sebagai kondisi dimana jantung berdegup menggebu, aliran darah ke otak sangat lancar, adrenalin meningkat, dan mata ini terus terjaga saat tangan ini menari di atas deretan huruf di sebuah alat elektronik.

Sempit sekali definisi tersebut, kenapa? Karena jika dirangkai dan dimaknai, maka semangat hanya saat Anda mengetik lewat laptop atau komputer. Ternyata tidak hanya sekedar itu saja kondisinya. Laptop atau komputer penulis artikan hanya sebagai salah satu media. Salah satu media, bukan berarti satu-satunya media menyalurkan semangat.


Definisi singkat dari sepenggal kalimat di awal penulis resapi dan rasakan mungkin saat penulis sedang menulis tulisan ini di laptop. Lain halnya jika penulis sedang bermain futsal atau melakukan kegiatan lainnya. Akan tampak dan kedengaran beda lagi. Toh, itu bukanlah masalah yang besar kawan!


Beda tidak harus membeda-bedakan. Berbeda menambah wawasan kita, berbeda membuat kita menjadi lebih berpikir. Berbeda menunjukkan kita berjuta ragam aspek dari sebuah kata yang kita kenal "kehidupan".

Berbeda juga mampu membuat diri kita naik (definisi awal dari semangat). Penulis berbeda prestasi dengan rekan yang seprofesi, penulis akan lebih me"naik"kan diri. Anda pun demikian!

Semangat muncul saat Anda mempunyai tujuan, itu pasti! Pak Tani ingin memanen seratus karung padi sebulan, Pelajar ingin menjuarai lomba olimpiade, Atlet ingin mendapat medali, dan tujuan-tujuan lain memacu diri kita. Ingin lebih baik, tanamkan semangat dengan menancapkan tujuanmu, Kawan!

110811

Analisis atas Peluang Barcelona Mempertahankan Gelar Liga Champions

Bertahan di tahta juara atau malah tersingkir. Menurut analisis saya, terdapat tiga faktor yang dapat melanggengkan tahta juara El Barca di tahun depan.

Pertama, dari segi komposisi pemain. Messi, Iniesta, dan Xavi sebagai roh permainan. Plus Villa yang konsisten serta Pedro yang semakin bersinar. Jangkar tengah dipegang oleh Busquets. Ditambah masih ada pelapis sekelas Bojan , Affelay , Keita, Thiago, dan Mascherano di bangku cadangan.

Namun, perlu penyegaran di sektor pertahanan dan kiper karena sering terjadi kecolongan di sini. Optimalisasi pemain muda bisa menjadi solusi.


Kedua, hubungan antar pemain layaknya keluarga ditambah Guardiola yang mampu memberi motivasi kepada pemain. Hal ini menjadi nilai plus El Barca dalam mempertahankan gelar di tahun depan.

Ketiga, sihir Tiki-Taka masih jadi andalan, bahkan sampai detik ini klub-klub Eropa belum menemukan rumus mematikan Barcelona. Madrid-nya Mourinho yang sempat menyusahkan dengan formasi defensif, harus kemasukan 7 gol dalam 1 musim melawan Barca. Pantas jika muncul optimisme Azulgrana dapat mempertahankan prestasinya di tahun depan. Mungkin hanya bad luck yang bisa menghadang El Barca dari mempertahankan gelar juara.

050611

Fenomena Bersepeda

Akhir-akhir ini saya sering melihat pertumbuhan aktifitas bersepeda yang semakin menjamur. Setiap sore ada sekumpulan orang-orang bersepeda di kampus atau di jalan-jalan Jatinangor. Di Bandung sendiri, tidak hanya kalangan remaja tapi bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak, hampir semua kalangan bersepeda. "Jamur" sepeda ini sudah merebak mulai setengah tahun yang lalu. Sampai tadi sore saya berpergian ke Bandung menyusuri jalan veteran, hampir di sepanjang kanan-kiri jalan terlihat toko sepeda. Dari kelas atas sampai kelas menengah ke bawah.

Beberapa tahun sebelumnya, menurut hemat saya bersepeda itu hanya merupakan budaya kelas bawah. Dalam studi budaya disebut dengan low culture. Karena selama beberapa tahun belakangan, bersepeda di jalanan kota hanya dilakukan oleh orang-orang kelas bawah, seperti buruh, tukang, dan lainnya. Sepeda merupakan alat transportasi kelas bawah di Indonesia. Mungkin sempat ada kelompok sepeda ontel yang mulai menyemarakkan "low culture" ini, tapi masih belum terlihat sebagai rutinitas karena mereka adalah komunitas.


Di satu sisi, menjamurnya "virus" bersepeda ini memberikan keuntungan bagi para pemiliki dan penyedia jasa bengkel sepeda atau penjual sepeda. Terutama mereka yang di kelas menengah ke bawah. Setengah tahun lalu, ketika saya sedang mengunjungi salah satu bengkel sepeda di bilangan cileunyi, sempat terlintas pikiran saya "Adakah yang mau membeli sepeda sekarang-sekarang ini? Apakah sepeda akan punah?".

Pertanyaan ini mengisi kepala saya mengingat "invasi" kendaraan pribadi semacam motor dan mobil yang semakin banyak. Tapi, dengan berkembangnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat kekhawatiran saya setengah tahun lalu mulai memudar. Hampir semua kalangan bersepeda akhir-akhir ini. Bersepeda tidak lagi dipandang sebagai aktifitas orang-orang kelas bawah.

Namun, di sisi lain pemikiran saya kembali mempertanyakan kondisi yang ada. Memang secara ekplisit bersepeda menjadi budaya populer dan digandrungi semua kalangan, tetapi dibalik budaya bersepeda ini muncul sedikit hal yang mengganjal pikiran saya. Yaitu, objek sepedanya itu sendiri yang berkeliaran di jalanan.

Kebanyakan yang saya amati sepeda yang digunakan itu bukanlah sepeda yang dahulu dipakai orang-orang kelas menengah ke atas yang mempertahankan budaya bersepeda itu, tetapi sepeda-sepeda yang berkeliaran mengikuti pergeseran kaum borjuis itu sendiri. Sepeda-sepeda bermerk dan beraneka model trendy dengan harga yang "wah" mencapai nominal jutaan justru yang banyak digunakan dan diminati oleh masyarakat. Saya melihat fenomena sebagai dampak dari pergeseran kaum borjuis yang melakukan aktifitas bersepeda ini. Image borjuis tidak lepas kendati melakukan aktifitas "low culture". Bahkan "culture" bersepeda ini yang terpengaruh bawaan orang-orang borjuis.

Sekali lagi muncul kekhawatiran saya, "Apakah bersepeda akan menjadi olahraga mahal?" "Apakah bersepeda menjadi "high culture"?" "Apakah ini akan memberikan efek dan stigma bahwa bersepeda jadi milik orang-orang borjuis saja?"

Dasar pertanyaan saya di atas adalah kondisi di lapangan yang memperlihatkan realita bahwa "sepeda-sepeda" yang berkeliaran adalah benda-benda yang tergolong mahal. Ketika orang-orang borjuis mengayuh sepeda jutaan rupiah dan meramaikan jalanan, ketika itu saya khawatir akan terjadi lagi kesenjangan dengan kaum proletar. Minder karena sepeda yang berbeda kelas, serta dari penampilan yang membuat bersepeda seolah elit dengan setelan komplit dan sebagainya.

Tadinya bersepada hanya budaya orang-orang proletar, kini mulai menjadi budaya populer. Akan tetapi terdapat kemungkinan menjadi budaya orang-orang borjuis mengingat dominasi sepeda-sepada yang harganya "wah" tadi. Memungkinkan terjadinya kesenjangan antara borjuis dan proletar lagi, namun kali ini bukan karena dikucilkan tapi karena naiknya kelas budaya bersepeda. Pembahasan ini tidak bertujuan menyudutkan atau menyatakan pesimistis, tapi hanya sekedar pemikiran seorang manusia yang mencoba bertanya akan realita di sekilingnya. Semoga pergeseran menjadi "high culture" itu tidak terjadi dan bersepeda bisa menjadi momen menyatukan bangsa!

290511

Laga Arsenal - Manchester United : Memperpanjang Drama Premier League Inggris

Sebelum peluit dibunyikan menandakan dimulainya pertandingan, secara status quo kedua tim berada dalam pressure yang tinggi. Arsenal sebagai tuan rumah mempunyai tugas besar untuk meraih poin maksimal 3 angka. Tugas ini guna me-lurus-kan kembali jalur Arsenal di papan klasemen. Karena dua laga terakhir di kancah liga Inggris menunjukkan performa yang jauh dari kata sempurna, ditahan imbang 1-1 lewat drama injury time oleh Liverpool serta dihantam Bolton 2-1. Arsenal yang sempat memuncaki klasemen sementara musim ini, kini tercecer di peringkat 3 klasemen.

Sebaliknya tim tamu datang dengan semangat menggebu hasil dari rentetan kemenangan di beberapa pertandingan terakhir, yang salah satunya adalah melawan Schalke 2-0 di kandang lawan. Ambisi untuk segera mengunci gelar menjadi penambah semangat juang anak-anak Teather of Dream. Datang dengan seluruh pemain terbaiknya, menyusul kembalinya Berbatov di lini depan. Ditambah lagi kewajiban untuk menang mengingat Chelsea (peringkat 2 klasemen) baru saja menang dan mempersempit jarak menjadi 3 angka, plus pekan depan kedua tim ini akan menghadapi clash of the king.


Secara keseluruhan jalannya pertandingan berat sebelah sampe dengan pertengahan babak kedua. Arsenal dengan pemain-pemain muda nan lincah macam Wilshere, Walcott, Ramsey, dan Nasri mendominasi lapangan tengah permainan. Ball possesion bahkan sampai 68% - 32%. Sedangkan pemain Manchester United terlihat hanya sesekali melakukan serangan balik lewat Wayne Rooney ataupun bola-bola silang dari Nani.

Pada babak pertama terdapat insiden handsball Vidic di kotak pinalti yang tidak ditanggapi oleh wasit. Insiden kecil juga terjadi ketika Wilshere beradu badan dengan Rooney hingga si nomor 10 MU melakukan dorongan terhadap Wilshere. Hal ini berujung kartu kuning untuk Rooney. Perubahan tempo mulai terasa ketika serangan balik Arsenal yang diawali oleh umpan terobosan Ramsey kepada Van Persie. Van Persie kemudian mendribble bola sampai kotak pinalti kemudian memberikan umpan tarik kepada Ramsey yang berdiri bebas di tengah kotak pinalti MU. Satu sentuhan datar mengarah ke sudut kanan gawang Van der Sar yang kali ini telat untuk bereaksi. Gooollll!!!

Itulah momen yang merubah permainan di sisa 20 menit babak kedua tersebut. MU seolah bangun dari tidurnya dan mulai melancarkan serangan-serangan ke gawang Arsenal. Szczesny boleh dibilang pahlawan Arsenal malam ini. Penampilan yang konsisten dalam menghalau bola-bola yang datang ke gawangnya membuat para pemain MU tidak mampu berbuat banyak dalam pertandingan tersebut. Bahkan Sir Alex Fergusson sampai menurunkan tiga pemain bertipe penyerang, yaitu Rooney, Berbatov, dan Owen. Ditambah dua sayap Nani dan Valencia. Usaha demi usaha tidak berbuah hasil, dan yak Arsenal menutup akhir pekan ini dengan kemenangan atas pemimpin klasemen sementara.

Pada pertandingan malam ini, saya melihat adanya kurang motivasi dari pihak MU untuk memenangkan pertandingan. Terlihat pemain MU dari awal lebih memilih bertahan dan menunggu kesalahan-kesalahan lawan, untuk kemudian melakukan serangan balik. Mungkin dari awal mereka hanya menargetkan hasil seri, namun jika melihat situasi dimana Chelsea semakin menempel sudah seharusnya MU bermain terbuka dan mengejar keunggulan angka.

Hasil dari pertandingan malam ini, membuat persaingan di Liga Inggris kembali memanas. Race until the end, mungkin itulah tajuk dari Liga Inggris musim ini. Kecerobohan MU berakibat fatal, Chelsea yang kembali membaik, diikuti Arsenal yang malam ini mendapat "semangat hidup" menjadikan Liga Inggris di akhir musim ini kembali bergairah. Jangan lupakan di peringkat empat,lima, dan enam. Manchester City, Liverpool, dan Tottenham saling berebut untuk berebut tiket Liga Champions. Khusus nama kedua, The Reds telah menemukan jati dirinya setelah di awal musim pernah masuk zona degradasi. What a comeback!

Saya pribadi mengakui, Liga Inggris musim ini merupakan salah satu liga dengan drama terpanjang dan terseru. Mengalahkan Liga Jerman yang telah menemukan juara barunya Borusia Dortmund, Liga Italia yang juga hampir menasbihkan juara barunya AC Milan, dan Liga Spanyol yang merupakan ajang Barcelona - Madrid dari awal hingga akhir musim. Siapakah yang akan memenangkan perlombaan merebutkan tahta juara Liga Inggris? MU-kah? Atau Chelsea-kah? Apa mungkin Arsenal mendapat mukjizat?

Mari berdebar-debar! - kalimat yang diucapkan Teppei Sakamato dalam komik Fantasista.


010511

02 May 2011

Sajak di Pagi Hari

Pagi ini mentari malu untuk tersenyum

Sang langit beralaskan mendung

Antara ingin menurunkan hujan dan tidak

Langit pagi ini meniupkan kemalasan bagi sang penidur

Suasana hening manusia

Terdengar dari kejauhan kesibukan pekerja bangunan

Adakah kehidupan di sekitar ini?

Pagi mendung, Pagi yang sepi

020511



26 April 2011

Military Industrial Complex Dalam Film Lord of War


Military Industrial Complex merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh Presiden Amerika Serikat, Dwight D. Eisenhower, pada tahun 1961 dalam sebuah pidatonya. Konsep ini menjelaskan mengenai hubungan antara pihak yang bertugas mengatur perang (militer, pemerintah, dan kongres) dan perusahaan-perusahaan yang memproduksi senjata dan perlengkapan untuk perang (industri).[1]Hubungan antara kedua pihak ini merupakan sebuah hubungan mutualisme dimana keduanya mencari keuntungan sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Pihak pemerintah dengan kepentingan persenjataannya, sedangkan pihak penyedia senjata dengan kepentingan keuntungan yang didapat.

Eisenhower memperingatkan kepada rakyat dan pemerintah Amerika Serikat untuk menghindari penyalahgunaan dari military industrial complex ini. Karena situasi saat itu adalah Amerika Serikat sebagai salah satu negara pemenang perang, sehingga dituntut untuk mampu menjaga “perdamaian” yang tercipta pasca Perang Dunia II. Konsep ini juga berlatar belakang situasi dunia dimana negara mencoba menempatkan dirinya sebagai sentral dari sistem keamanan internasional. Sehingga negara-negara ini berusaha dengan segenap upaya untuk memenuhi kebutuhannya akan perlengkapan dan senjata militer. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan atas senjata, tapi untuk menempatkan negaranya sebagai negara yang terkuat dalam hal persenjataan. Secara logika hal ini akan membuat negaranya itu aman karena dalam perhitungan perang, mereka jauh di atas negara lainnya.


Namun, dampak dari aktifitas ini membuat negara lainnya yang merasa terancam. Karena tidak ada jaminan negara yang mempunyai persenjataan terbanyak ini tidak melakukan invasi ke negara lain. Sudah menjadi hakikatnya jika seseorang memiliki kekuatan yang lebih akan menyerang seseorang yang kekuatannya lebih rendah. Ditambah lagi jika negara yang akan diserang memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh negara penyerang (misalnya, ketersediaan minyak bumi). Untuk itulah negara-negara lain juga tidak mau kalah mempersenjatai militernya dengan membeli senjata dari penyedia senjata dan perlengkapan perang. Hal ini menimbulkan apa yang kita kenal dengan arm race.

Eisenhower juga memperingatkan kepada pemerintah dan penyedia senjata perlengkapan perang, khususnya di Amerika Serikat, untuk menjaga konsistensinya. Konsistensi untuk tidak menyalahgunakan kewenangan dan kepentingan yang dimiliki. Ketika negara merasa memiliki kebutuhan yang tinggi akan senjata, maka negara ini akan mengupayakan segala cara untuk bisa membeli persenjataan ini. Begitu pula dengan penyedia senjata yang memiliki orientasi materi (uang), dimungkinkan melakukan transaksi dengan siapa saja untuk memenuhi kepentingan mereka akan keuntungan uang. Kekhawatiran Eisenhower ini tercermin dalam sebuah film berjudul “Lord of War”.Film ini berkisah tentang seorang pemuda asal Ukraina bernama Yuri Orlov (diperankan oleh Nicolas Cage). Di sepanjang film, ia juga membawakan narasi tentang bagaimana perjalanan hidupnya hingga bisa menjadi seorang pedagang senjata gelap.[2] Lewat ceritanya itu dia menjelaskan secara mendetail tentang bagaimana konspirasi internasional bekerja dalam memasok senjata ke seluruh pelosok negara di dunia.[3]

Saat usianya masih remaja, Yuri sekeluarga bermigrasi dari kampung halamannya di Ukraina (saat masih dikuasai Uni Soviet) untuk mengadu nasib di Amerika Serikat.[4] Saat menginjakkan kaki di Amerika, bisnis perdagangan senjata gelap sedang ramai-ramainya.[5] Bersama sang adik, Vitaly (Jared Leto) ia pun mulai masuk ke dalam sistem perdagangan itu dan meraup keuntungan besar dari transaksi-transaksi yang dilakukannya di berbagai penjuru dunia.[6] Sedikit cuplikan film ini memperlihatkan kepada kita bahwa kebutuhan akan senjata pada saat itu (1980an) sangatlah tinggi. Bahkan diceritakan Yuri Orlov ini melakukan semua pendekatan kepada siapa saja untuk bertransaksi senjata. Mulai dari kelompok pemberontak, mafia, bahkan pihak penyedia senjata bagi pemerintah Amerika Serikat. Ia melakukan perdagangan illegal ini secara bersih dan dengan melakukan berbagai trik, mulai dari memiliki banyak pasport, pengubahan dokumen barang, penggantian nama kapal, serta menimbun kentang untuk menutupi senjata yang dibawa dalam kargo. Ia kemudian mendapat pasokan persenjataan yang banyak, sejak Uni Soviet runtuh tahun 1990an. Penyelundupan besar-besaran dari Uni Soviet ke Amerika merupakan jalur baginya untuk mendapat keuntungan besar, dengan bantuan kekerabatannya dengan seorang pemimipin militer Ukraina yang juga pamannya, Dimitri. Aksinya ini sempat diendus oleh interpol, akan tetapi ia masih bisa mengelak. Sejak kejadian di Ukraina ini, ia menjadi target sasaran interpol.

Prinsip yang dianut oleh Orlov adalah ia menjual senjata kepada siapapun yang bisa memberikan uang kepadanya. Tanpa memikirkan untuk apa senjata yang dijual tersebut digunakan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Eisenhower yang mengkhawatirkan terjadi penyalahgunaan atas industri senjata, khususnya di Amerika Serikat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa perdagangan senjata gelap seperti ini eksis dan seolah dibenarkan serta mendapat perlindungan dari otoritas negara tertentu. Terutama negara yang mempunyai kepentingan untuk memenuhi kebutuhan atas senjatanya. Sejalan dengan negara-negara ini, para penyedia senjata seperti Orlov menggunakan hal itu untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Kesemua penyimpangan ini menimbulkan suatu kondisi keresahan, karena bisa saja semua pihak memiliki senjata militer. Lebih parahnya lagi apabila senjata militer ini digunakan dalam suatu konflik di suatu negara. Hal ini dapat dilihat di daratan Afrika dimana banyak terjadi pemberontakan dan konflik, yang sebagian besar mendapat pasokan senjata dari pedagang-pedagang gelap tersebut. Mungkin di satu sisi, penyedia senjata menjadi kaya atas penjualan ini. Namun, di sisi lain hal ini justru memicu pecahnya konflik karena ketersediaan senjata yang banyak di masyarakat. Penyalahgunaan-penyalahgunaan kepentingan seperti inilah yang memperpanjang cerita kelam manusia di bumi. Ketika manusia masih diselimuti oleh ego dan nafsunya, maka pertumpahan darah atas nama “kepentingan” itu akan terus terjadi.


[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Ibid.

Hitamnya Malam dan Gelapnya Samudera

Kalau malam hendak menunjukkan betapa gagahnya sang hitam
Maka kemudian datang sang pagi menginjak kegagahan tersebut
Malam bertautan
Siang berpendar

Ketika kaki yang tadinya terus berjalan di tengah gelapnya malam
Ketika tangan yang tadinya berada bersama hitamnya malam
Ketika mata yang tak sanggup menatap putih di dalam malam
Ketika hati yang segelap gulitanya malam

Malam ini membawa aku pada langkah sang penyelam
Semakin menukik ke dalam lautan nan gelap
Tiada terlihat setitik cahaya masuk di celah permukaan samudera

Aku yang hilang di telan malam, serta dihempas gelombang samudera
Aku yang semakin tidak jelas arah, hanya berpegang pada sebuah rakit beralas cermin
Memantulkan seberkas bayangan yang ternyata hanyalah Aku
Saat ini tersesat, saat ini melayang, saat ini tenggelam

Sebait kelamnya diriku dalam sebuah tapak kehidupan yang fana

260411