15 September 2009

Surat Untuk Indonesiaku

Belum selesai lagi masalah di tanah Papua, kini Indonesia kembali dikejutkan oleh peristiwa menghebohkan, yaitu kasus pengeboman di salah satu hotel ternama di ibu kota. Padahal rencananya hotel tersebut akan menyambut tamu besar Indonesia di pertengahan bulan Juli ini. Kasus pengeboman seperti ini memang bukanlah yang pertama terjadi di Indonesia. Sudah terjadi beberapa kali pengeboman yang pernah mendera Indonesia.

Peristiwa yang terjadi pada pukul 07.45 WIB (17/07) ini menggemparkan seantero bangsa Indonesia. Karena disaat rakyat Indonesia sudah mulai merasa aman dari ancaman terorisme, ternyata bangsa kita kembali dikejutkan oleh aksi terorisme yang sampai saat ini sudah merenggut 9 nyawa. Selain itu, kasus pengeboman ini juga terjadi menjelang hajatan besar insan sepakbola Indonesia yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 20 Juli mendatang.


Suatu hal yang patut disayangkan, karena boleh jadi event besar pada tanggal 20 Juli mendatang merupakan sebuah event yang ditunggu-ditunggu. Karena event ini mampu menyatukan seluruh masyarakat dalam semangat persaudaraan lewat sebuah pertandingan sepakbola. Namun, apa mau dikata ternyata Indonesia terlebih dahulu diberi “kado” pahit seperti ini.

Lagi-lagi nyawa orang yang tidak berdosa melayang, lagi-lagi orang yang tidak bersalah menjadi korban. Aksi terorisme di Indonesia cenderung merupakan aksi anti warga asing. Sehingga sering kali aksi tersebut ditujukan ke tempat-tempat yang seirng dikunjungi oleh warga asing, seperti hotel, restoran, atau tempat perbelanjaan.

Apakah yang dicari dari aksi tersebut? Berbagai alasan dan jawaban yang muncul, namun satu hal yang pasti mereka sudah bertindak melebihi batas kewajaran. Melakukan pengeboman yang merupakan bentuk pembunuhan massal merupakan suatu bentuk tindakan keji. Hal ini tentunya disepakati oleh kita semua. Tidakkah ada jalan lain tanpa harus menjadikan orang-orang yang tidak bersalah menjadi korban.

Pernahkah mereka membayangkan bahwa yang berada di tempat kejadian adalah saudara mereka? Ataukah anak mereka? Atau mungkin orang terdekat yang amat mereka sayangi? Apakah fanatisme dan doktrin yang ditanamkan kepada mereka lebih kuat dibandingkan suara hati nurani mereka? Bukankah kita semua diciptakan dengan dianugerahi otak untuk berpikir, membedakan mana yang baik dan yang buruk?
Jika dipandang dari sudut pandang agama, kita juga semua yakin bahwa tidak ada satu agama pun yang membenarkan tindakan membunuh orang yang tidak bersalah. Dari sudut pandang hukum, jelas tindakan seperti ini merupakan pelanggaran hukum berat. Apalagi dari sudut pandang kemanusiaan, menghilangkan satu nyawa yang tidak berdosa merupakan bentuk dari hilangnya rasa kemanusiaan dalam diri seorang manusia.


Kita semua hidup di dunia semuanya menginginkan kedamaian dan ketenteraman. Tidak ada satu pun dari kita hidup hanya untuk melihat pertumpahan darah. Apalagi di bumi pertiwi ini! Sekali lagi, bumi pertiwi menangis. Negeri yang aman seperti yang dicita-citakan semua orang kembali terusik. Kita semua tidak menginginkan semua ini terus berulang. Saudaraku, kita hidup berdampingan dan mengharapkan kehidupan yang aman tanpa teror tanpa bom. Suatu keadaan negeri di mana anak cucu kita bisa hidup dengan tenang. Bukankah Rasulullah pernah mencotohkan kepada kita bagaimana kota Madinah yang dihuni masyarakat yang berbeda-beda suku dan agama bisa tentram dan aman?

Indonesiaku, bersabarlah. Tidaklah Allah memberikan cobaan yang tidak mampu ditanggung oleh umat-Nya.

We want peace! Indonesia want peace! The world want peace!

160709

No comments: