12 October 2013

Antara Tahun Ganjil dan Genap, Kisah 2008-2013

Berdasarkan statistik di  halaman blogger saya, muncul satu fenomena. Tulisan saya di setiap tahun ganjil selalu lebih banyak dibanding tulisan saya di tahun genap setelahnya. Kenapa? Fenomena apa yang terjadi di setiap tahun genap 8 tahun terakhir?

Secara garis besar tahun 2008 dan 2010 saya terlalu sibuk dengan seseorang (lebih tepatnya seseorang di masing-masing tahunnya). Merajut mimpi bersama kala itu. Menyusun rencana-rencana besar bersama. Hingga terlena dengan dunia mimpi itu dan lupa untuk menulis di dunia nyata. 2008 juga adalah masa awal saya menjelajahi kota ini, ya kota di mana semua mimpi saya di mulai. Tersesat di dunia khayal baru, menemukan dunia baru di luar sini, menemukan teman-teman baru, menemukan kami yang baru. Di tahun ini saya mulai menggantungkan mimpi. Mungkin itu satu alasan kenapa tulisan berhenti. Hanya alasan, tidak lebih dari itu. Bukan pembelaan atas kemalasan saya saat itu. Saya hanya terlena dan terlupa.

Sedangkan 2010, saya memulai mimpi yang baru. Mimpi dengan seorang yang baru. Mimpi dengan dia yang benar-benar berawal dari sebuah perjumpaan. Awal perkenalan kami yang entah dari mana jalannya kami bisa bertemu. Tuhan selalu punya misteri dalam setiap langkah-langkah kita. Di awali tidak saling mengenal sampai  dengan akhir tahun sebelum masuknya tahun 2010, hingga seperti kata saya kami mulai bermimpi bersama. Dunia saya saat itu hanya dia dan kami. Lagi-lagi terlupa akan dunia saya di tulisan-tulisan. Saya terlalu menikmati keindahan masa kami.

Di tahun genap ketiga, 2012, adalah masa merenungkan diri. Awal tahun yang buruk (atau baik) entah dari sudut pandang yang mana saya melihatnya. Biar Tuhan saja yang tahu jawabannya, karena jawaban manusia belum tentu setepat jawaban Sang Pencipta. Sesaat saya kuat saat itu, hingga bulan ketiga datang dan saya sadar saya sangat lemah. Bayang-bayang dia, bayang-bayang mimpi-mimpi kami selalu hadir. Entah  itu rasa bersalah atau itu rasa penyesalan yang datang. Seolah setiap sudut kota menertawakan saya. Jatuh dan bangun menyusun kembali hati yang saya hancurkan sendiri. Entah di hati itu nantinya akan muncul namanya atau kosong menyisakan ruang untuk sebuah nama yang baru. Di tahun ini, saya mengerti arti mencintai. Saat kita mencintai tanpa tahu cinta itu terbalas, dan yang kita tahu hanya mencintai. Bahkan ingin rasanya menghampiri cinta itu, tapi tak pernah bisa. Hey Braga simpan baik-baik kisah kami di hatimu.

Tapi, di tahun 2012 juga saya mengerti arti dari “tidak ada yang kebetulan di dunia ini”. Berharap bayangannya yang dulu pernah hadir digantikan oleh hati yang baru. Petunjuk itu datang di ibukota. Terlintas sebuah wajah yang dulu pernah saya kenal. Wajah yang sangat saya kenal dan orang itu ada di tanah kelahiranku. Lagi-lagi tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, perjumpaan itu terjadi di akhir Agustus. Senyumannya tidak berubah. Masih senyum yang dulu pernah ku intip dari jauh. Kini senyuman itu ada di hadapanku. Meskipun kala itu saya baru saja dihadang hujan yang begitu deras, tetapi senyumanmu begitu menghangatkan. Akhir tahun 2012 menjadi indah kembali karena senyuman itu. Aku kembali menyusun kepingan-kepingan terakhir pada tempatnya dan mulai menulis nama baru di hati. Perlahan, karena nama yang lama begitu lekat terukir. Tapi, aku yakin nama baru ini yang akan lebih lekat memeluk hatiku. Tahun ini juga adalah tahuun penuh petualangan. Hampir 7 tempat atau lebih yang saya datangi dalam setahun. Suatu hadiah yang baik dari Tuhan untuk menghibur hati yang tercecer.

Setelah tahun-tahun genap, saya kembali akan bercerita tentang tahun-tahun ganjil di antara tahun genap tersebut. Diawali dengan tahun 2009. Ini adalah tahun di mana momen terjatuh terkeras terjadi di tengah tahun. Tiada yang menyangka mimpi-mimpi itu hilang tertiup angin. Meskipun begitu keras kau memegangnya, ia pun melayang juga.  Pertama kalinya merasakan kepingan itu berserakan. Saat itulah saya merasa teman-teman selalu ada bahkan saat saya sempat melupakan mereka. Terima kasih kawan, terima kasih sabahat. Tidak ada keinginan menulis saat itu, hilang sudah terbawa angin. Yang ada hanya langkah yang ingin menikmati dunia. Tapi, Tuhan begitu baik dengan mempertemukan seseorang lagi. Seseorang yang asing dan benar-benar baru dalam kisah hidup saya. Orang yang tadinya hanya dikenalkan dan entah bisikan dari mana hingga aku berani membukakan hati untuknya. Awal yang baru untuk sebuah kisah yang baru di kota yang baru. Ini semua sangat baru di akhir tahun 2009. Awal baru bagi mimpi yang baru pula. Dari tiada menjadi ada, dan semua segera penuh akan kisahnya. Hidupku yang baru, dengan seseorang yang baru, dan kisah kami yang baru.

Tahun ganjil kedua adalah tahun 2011. Masa di mana kisah baru itu berada pada puncaknya. Saat ia berdiri di atas segala puncak kejayaan.  Dan benar kata pepatah, semakin tinggi pohon maka anginnya juga semakin kencang.Tahun ini juga sebagai pribadi saya berdiri pada suatu titik terberat dengan suatu amanah besar. Titipan besar dari Tuhan dan keluarga baru saya. Begitu banyak pelajaran yang saya dapat, hingga saya rasa ia layak dituliskan. Tidak hanya saya yang layak mendapatkan itu, tapi orang-orang yang membaca pun layak. Masa-masa penuh kesibukan, masa-masa saya merasa kembali tidur adalah kembali pada dunia mimpi dan tidak ingin cepat terbangun. Kisah hati ini juga mengalami pasang surutnya yang dengan sengaja dan tidak sengaja saya buat. Kesalahan saya yang merasa paling benar, tapi hatinya bisa memaafkan. Tahun ini adalah masa-masa menulis sejarah hidup saya, kami, dan kita.

Kini kita sampai pada tahun 2013. Tahun semua cerita berkumpul. Tahun di mana nyala api kecil di hati dinyalakan dua kali untuk kembali pada dunia menulis. Disertai lanjutan akhir tahun 2012 yang bahagia hingga ke awal tahun yang membangkitkan semangat. Jogja banyak menyimpan cerita. Tahun ini pula saya mengerti arti bersabar. Kadang-kadang sesuatu tidak akan selalu sesuai dengan keinginan kita. Kadang-kadang waktu tidak bisa diburu-buru karena keinginan kita. Kesalahan yang saya buat begitu besar harganya. Mengembalikan lagi masa-masa tersulit dengan hati yang sempat kosong. Tapi, kini biarkan waktu yang menjalankan perannya. Hati itu akan menemukan jalan pulang dengan sendirinya, tapi tidak dengan dipaksa. Kalau hati itu memang milik kita, maka ia akan kembali pada rumahnya.

Bagaimana akhirnya? Biar waktu yang menjawab.

Oleh D. Sudagung
13 Oktober 2013

No comments: