29 November 2013

Cinta Diawali Sebuah Alunan Biola

Alunan suara biola memenuhi pagi itu. Dari salah satu jembatan penyebrangan di ibukota. Di bawahnya berjalan tiga pemuda dengan seribu cita-cita mengisi waktu di akhir minggu. Meskipun ketiganya tampak berbeda, namun satu yang sama di pagi itu, suara biola itu membuat mereka berpikir tentang cinta.
Pemuda pertama langsung tersentak saat ia mendengar alunan musik itu. Bukan karena indahnya saja, tapi karena lagu yang dimainkan adalah lagu kenangan dengan kekasihnya yang dahulu. Sebuah lagu yang dulu tiap malam Minggu dimainkan dengan gitarnya. Bahkan lagu itu masih mengisi hari-harinya sampai sekarang, walaupun sang kekasih sudah jauh pergi entah ke mana. Seketika dunia serasa berhenti dan putaran waktu pun ikut berhenti bagi pemuda itu. Hancur semua pertahanannya yang dibuat dari mulai meninggalkan kota kenangannya menuju ibukota. Ia yang tanpa sadar menghentikan langkah, lalu hanyut dalam alunan musik itu.
Lain lagi kisah pemuda kedua. Saat lagu itu mulai berbunyi yang dia lakukan adalah mencari sumber suara merdu itu. Terkesima dan bahagia. Bagaimana tidak, itu adalah lagu kesukaan sang kekasih. Merdu sekali. Tiada ada momen yang lebih indah dari pagi ini. Baru saja mereka bertemu semalam dan sekarang harus mendengar alunan musik seindah ini semakin membuatnya tersenyum lepas. Berbunga hatinya, dengan pasti ia melangkah menaiki jembatan penyebrangan itu.
Kini di saat yang sama pemuda ketiga yang tiada pernah berkekasih melengkapi kisah keduanya. Ia ibarat irisan kedua kisah di atas. Ia yang sedih karena sampai sekarang tidak berkesempatan mempunyai kekasih dan ia yang bersemangat untuk mencari seorang kekasih. Saat suara biola itu mulai berbunyi yang muncul di benaknya adalah perasaan iri karena dia belum pernah merasakan romansa berdua dengan kekasih. Ia membayangkan cerita-cerita kawan mengenai masa indah menikmati waktu berdua dengan alunan musik merdu seperti ini. Hancur remuk, tapi sebenarnya itu tidak lebih remuk dibandingkan kisah pertama. Ia tidak lama larut dalam alunan lagu itu karena sejurus kemudian ia mendapatkan aura positif seperti kisah kedua.
“Andaikan aku punya kekasih, pasti indah menyanyikan lagu ini bersama.”, ujarnya dalam batin.
Sebuah kalimat yang mengembalikan jiwa si pemuda ketiga pada hari itu. Tegaklah kepalanya memandang dunia dan menaiki tangga itu. Sambil tersenyum membayangkan wajah kekasih yang samar-samar itu dia menaiki tangga tanpa beban. Memang tak secepat langkah pemuda kedua, namun ia juga tak selambat langkah pemuda pertama.
Itulah cinta. Satu rasa yang memberikan begitu banyak cerita. Hanya karena sebuah gesekan biola yang mengalunkan musik indah, ia kemudian menjelma menjadi 3 kisah yang menghiasi pagi. Semua bermula dari sebuah alunan biola.
Oleh D. Sudagung
17 Nopember 2013

No comments: