15 December 2011

Sejarah Hadist dan Mencontoh Nabi Muhammad SAW

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Menurut sumber yang saya sadur Hadist adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadist dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan Hadist merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. (http://opi.110mb.com/haditsweb/pendahuluan/pengertian_hadits.htm). Selain itu, saya juga pernah mendapatkan ilmu semasa sekolah dulu bahwa diamnya Nabi Muhammad juga termasuk dalam Hadist.



Berdasarkan sejarahnya Hadist terbagi dalam tiga pembabakan waktu, yaitu:

Masa Pembentukan Hadist

Hadist mulai ada pada masa Islam di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu, sahabat sering sekali meminta pendapat kepada Rasul terkait banyak hal. Jawaban-jawaban Rasul ini termasuk dalam hadist. Kemudian perbuatan Rasul seperti tidur dengan menghadap ke samping juga termasuk dalam hadist. Sehingga dapat saya katakan hadist itu tidak hanya sebagai perintah tapi juga merupakan teladan bagi umat Islam.

Jika Al-Qur’an mengatur mengenai prinsip dasar kehidupan, maka Hadist adalah contoh pengaplikasian itu yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Hadist di masa Rasulullah tidak ditulis akan tetapi hanya dihafal karena pada masa itu Rasulullah masih hidup dan masih bisa dimintai keterangannya secara langsung. Selain itu, dikhawatirkan penulisan Hadist akan tercampur aduk dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Karena semasa Rasulullah hidup ayat Al-Qur’an masih diturunkan secara bertahap hingga sampai dengan momentum Haji Wada’ (Haji Perpisahan).

Untuk mensiasati pelestarian Hadist di masa tersebut dilakukanlah perilaku saling bertukar hadist oleh sahabat. Tujuannya adalah supaya bisa menjadi teladan bagi sahabat atau orang di masa itu yang tidak bertemu langsung dengan Rasul.

Masa Penggalian

Setelah wafatnya Rasulullah, pada awalnya sahabat tidak terlalu bermasalah dengan Hadist karena masih banyak sahabat yang masih hidup dan seolah-olah menjadi penerus Rasul saat menjawab pertanyaan seputar kehidupan atau mengenai Al-Qur’an. Akan tetapi sejak masa kekhalifaan Umar bi Khattab, wilayah dakwah Islam dan daulah Islam meluas hingga ke Jazirah Arab. Hal ini menimbulkan permasalahan baru mengingat daerah yang meluas. Ditambah dengan penyebaran sahabat dan berkurangnya jumlah sahabat yang dulu hidup di masa Rasulullah. Namun, karena kebutuhan untuk memecahkan masalah baru mendorong para sahabat untuk semakin sering bertemu untuk saling bertukar Hadist. Pada masa ini Hadist juga belum dibukukan.

Masa Penghimpunan

Mulai terhimpunnya hadist adalah sejak kekhalifaan Ali bin Abi Thalib dimana terjadi pergolakan dimana beberapa orang mulai membuat Hadist palsu untuk melegitimasi tindakan-tindakan makar terhadap khalifah. Puncaknya adalah saat terbunuhnya Khalifah Husain bin Abi Thalib. Lantas kemudian para tabi’in mengambil sikap tidak mau lagi menerima Hadist baru kecuali dengan syarat ketelitian yang tinggi. Yaitu, harus jelas siapa sumber dan siapa yang membawakan Hadist, kondisi si pembawa Hadist apakah ia seorang yang pelupa atau tidak, masih kanak-kanak atau telah udzur, benar atau tidaknya sumber dan pemberitaan suatu Al Hadist dan sebagainya. Syarat-syarat ini diturunkan kepada murid-murid mereka sehingga syarat diterimanya Hadist menjadi lebih ketat.

Di masa kekhalifaan Bani Umayah, Umar bin Abdul Aziz memerintahkan kepada para kepala daerah untuk menghimpun Hadist dari para tabi’in. Salah satu tabi’in yang terkemuka adalah Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillah bin ‘Abdullah bin Syihab Az Zuhri. Ia berhasil menyelamatkan 90 Hadist yang tidak sempat diriwayatkan.

Usaha pembukuan Hadist dimulai dengan melakukan pengelompokkan mana yang marfu’ yang berisi perilaku Nabi Muhammad, mauquf ialah yang berisi perilaku sahabat dan maqthu' ialah yang berisi perilaku tabi'in. Yang perlu menjadi catatan pada masa ini adalah telah diusahakannya pemisahan habits shahih dan tidak shahih. Hadist shahih adalah Hadist yang benar dan jelas runutan perwayatnya sehingga punya tingkat kebenaran yang tinggi.

Ahli Hadist pada abad 3 Hijriyah umumnya melakukan koreksi atau verifikasi saja atas Hadist yang telah ada selain juga menghafalkannya. Pada 4 Hijriyah merupakan masa penyelesaian pembinaan atas Hadist. Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan kitab Hadist, menghimpun yang berserakan dan memudahkan dalam mempelajari Hadist.

Analisis saya adalah terdapat kebutuhan yang sama oleh para muslim akan Hadist. Hal ini didasari pada salah satu Hadits Rasulullah yang intinya adalah umat manusia diserahkan dua pusaka yang akan membimbing kehidupannya setelah Rasul wafat yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Proses pembukuan hadist hingga yang kita nikmati sekarang adalah suatu proses panjang dalam rangka melestarikan teladan yang diajarkan Rasul. Bahkan menurut penelitian hadist yang berisi perilaku Rasul setelah diteliti secara ilmiah beberapa memang memiliki keunggulan dan dapat dibuktikan secara ilmu pengetahuan. Seperti perilaku menghisap jari setelah makan, hal ini menurut penelitian merupakan suatu hal yang baik karena di jari tangan terdapat bakteri yang dibutuhkan oleh saluran pencernaan manusia.

Syaikh Ibnul Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Shalihin mengungkapkan hikmah lainnya dari sisi medis, "Ada orang yang menyampaikan informasi kepadaku yang bersumberkan dari keterangan salah seorang dokter, bahwa ruas-ruas jari tangan ketika digunakan untuk makan itu mengeluarkan sejenis cairan yang membantu proses pencernaan makan dalam lambung. Seandainya informasi ini benar maka ini adalah di antara manfaat mengamalkan sunnah di atas. Jika manfaat secara medis tersebut memang ada, maka patut disyukuri. Akan tetapi jika tidak terjadi, maka hal tersebut tidaklah menyusahkan kita karena yang penting bagi kita adalah melaksanakan perintah Nabi.” (Syarah Riyadhus Shalihin Juz VII hal 243-245)

Sudah menjadi rahasia umum bahwa keberadaan Nabi Muhammad SAW mendapatkan tempat dan perhatian bagi masyarakat dunia. Tidak hanya dari kalangan muslim saja, tetapi oleh semua manusia. Bahkan beliau ditempatkan pada posisi teratas dalam beberapa buku ranking manusia berpengaruh di dunia.

Betapa banyak rahasia dan manfaat dibalik perilaku, perintah, dan larangan yang dicontohkan oleh Rasul. Sehingga sebagai seorang figur teladan. Sudah sepantasnya kita sebagai manusia yang jauh dari sempurna ini mencontoh perilaku Rasul.

Kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Penulis menerima kritikan dan masukan dari rekan-rekan pembaca sekalian. Semoga sedikit yang saya tuliskan ini dari beberapa sumber dapat menjadi sebuah tambahan ilmu dan bermanfaat bagi kita semua.

031211

Pertama kali ditulis pada http://www.connect.facebook.com/groups/116780403437/doc/10150592790623438/

Sekilas Statistical Semantics

“Statistical semantics is the study of "how the statistical patterns of human word usage can be used to figure out what people mean, at least to a level sufficient for information access" (Furnas, 2006).”

Inilah paragraf yang mengawali teks rujukan tulisan saya. Statistical semantics menjelaskan kepada kita tentang pola penggunaan bahasa yang dapat menterjemahkan makna yang tersirat dari manusia tersebut. Berdasarkan sejarahnya istilah statistical semantics pertama kali digunakan pada tahun 1955 oleh Weaver. Ia menjelaskan bahwa dasar menterjemahkan kalimat ke dalam sebuah makna haruslah ada keterhubungan antara kata yang berdekatan.


Pada prakteknya, dalam melakukan penterjemahan makna kita tidak akan bisa melepaskan satu kata dengan kata yang lain. Karena pada prinsipnya melakukan pemaknaan adalah melihat kata per kata berdasarkan situasi. Dalam bahasa Indonesia misalnya kita mengenal adanya makna konotatif dan denotatif. Contohnya, “kebakaran jenggot” ketika kita artikan secara riil maka maknanya adalah jenggot seseorang yang terbakar. Tapi, ketika kita melihat pada situasi dan pola kalimatnya “kebakaran jenggot” juga bisa diartikan mendapatkan sesuatu yang mengejutkan. Atau pada frase “cuci tangan” juga demikian, ketika Anda menyebutkan “Kemarin saya menggunakan air untuk cuci tangan.” Maka, makna yang muncul adalah aktifitas membersihkan tangan dengan air. Namun, akan berbeda ketika melihat kalimat, “Dia cuci tangan atas tindakan pemerkosaan yang dilakukan tempo hari.” Untuk apa membersihkan tangan setelah tempo hari memperkosa orang? Disini artinya adalah melepaskan tanggung jawab. Bahwa terlihat ada suatu pola yang membedakan makna antara frase tertentu dan frase yang lain.

Terdapat beberapa variasi yang disampaikan dalam artikel ini, antara lain : mengukur kesamaan arti kata (Lund et al., 1995; Landauer and Dumais, 1997; McDonald and Ramscar, 2001, Terra and Clarke, 2003), mengukur kesamaan hubungan antar kata (Turney, 2006), pemodelan kesamaan berdasarkan generalisasi (Yarlett, 2008), penemuan kata-kata dengan melihat hubungan yang telah diberikan (Hearst, 1992), melakukan klasifikasi hubungan antara kata-kata (Turney and Littman, 2005), memunculkan kata kunci dari dokumen (Frank et al., 1999; Turney, 2000), mengukur kohesifitas dari teks (Turney, 2003), menemukan perbedaan kata (Pantel and Lin, 2002), menentukan aspek dari kata (Turney, 2001), dan pembedaan pujian dan kritik (Turney and Littman, 2003).

Hal yang perlu dilihat bahwa terdapat dua atau lebih cara melihat sesuatu kata. Jika ditarik ke ranah yang lebih luas bahwa dalam melihat sesuatu hal tidak hanya bisa dilihat dari segi dia apa adanya. Makna yang terkandung di dalamnya harus bisa diterjemahkan dengan baik sehingga maksud dari si penulis pun dapat diterjemahkan. Tulisan melalui kata-kata adalah serangkaian baris kata yang coba dituangkan oleh penulis berdasarkan pola pemikirannya. Ide dari si penulis ia transfer dalam bentuk rangkaian kata. Pembaca diminta mampu mentafsirkan kemana si penulis ingin membawa fantasi atau pikiran pembaca. Sehingga peran dari statistical semantics ini sangat diperlukan.

Tapi, patut disadari bahwa dunia ini adalah lingkaran bebas penafsiran. Bahwa saya berbeda penafsiran dengan Anda adalah hal yang lumrah. Karena tidak akan lepas dari subjektifitas manusia. Hal yang mungkin coba saya ingatkan sebagai manusia yang lemah ini adalah bahwa mari kita belajar untuk menghargai perbedaan karena dengan begitu kita tidak akan terkurung pada dimensi pribadi yang penuh keegoisan.

031211

Ditulis pertama kali di http://www.facebook.com/groups/116780403437/doc/10150592497733438/

Hidup itu dari Mati

War on War - Wilco

It's a war on war
It's a war on war
It's a war on war
It's a war on war
It's a war on war
It's a war on war
It's a war on war
There's a war on

You're gonna lose
You have to lose
You have to learn how to die


Just watching the miles flying by
Just watching the miles flying by
You are not my typewriter
But you could be my demon
moving forward through the flaming doors

You have to lose
You have to learn how to die
if you want to want to be alive, okay?

You have to lose
You have to lose
You have to learn how to die
if you want to want to be alive

You have to die
You have to die
You have to learn how to die
if you want to want to be alive, okay?

Pada lirik lagu di atas tersirat mengenai pesan seseorang untuk orang lain dalam menjalani hidup. Kehidupan itu bermulai dari peperangan dalam perang. Seseorang untuk hidup harus tahu caranya mati. Hal ini menunjukkan bahwa untuk berada di atas putaran roda, maka kita harus sudah tahu bagaimana rasanya hidup di posisi di bawah.

Banyak orang yang hidupnya langsung berada di atas tanpa pernah merasakan bagaimana hidup di bawah. Namun, ketika mereka terjatuh dari posisi atas tersebut maka jatuhnya akan sakit sekali. Rata-rata kehidupannya jadi hancur, mulai dari broken-home, stress, gila, bahkan yang terparah adalah bunuh diri. Hal ini terjadi mana kala orang yang terbiasa hidup serba ada dan tiba-tiba ia menjadi orang tidak berada.

Kebalikannya adalah orang yang memulai hidupnya dari posisi terbawah. Ini adalah posisi orang-orang yang memanjat tebing kehidupan untuk bisa sampai di atas langit. Perjuangan mereka, penderitaan mereka, dan cucuran keringat mereka jadikan penopang hidupnya. Kebanyakan orang yang seperti ini adalah orang-orang yang akan lebih sukses. Mereka-mereka ini adalah orang yang akan lebih bisa mensyukuri hidupnya karena pernah merasakan betapa beratnya hidup di bawah.

Sebait lirik ini memberikan kita pelajaran untuk tidak selalu melihat ke atas, lihatlah orang-orang yang posisinya di bawah kita. Tujuannya supaya kita tidak menjadi sombong dan lupa diri. Bahkan kehidupan berawal dari tanah, setiap orang yang pernah hidup akan merasakan mati dan kembali ke tanah. Semoga sedikit tulisan ini bisa menjadi penggugah semangat kita untuk menjadi lebih baik dan banyak bersyukur.

041211

Ditulis pertama kali di http://www.facebook.com/groups/116780403437/doc/10150575050878438/