23 September 2011

Perpustakaan Propinsi Kalimantan Barat, Nasibmu Kini


Kurang lebih 1 bulan yang lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi perpustakaan Propinsi Kalimantan Barat. Dilandasi semangat untuk mengerjakan tugas salah satu mata kuliah yang menuntut sumber buku, maka inspirasi untuk mengunjungi perpustakaan pun muncul. Iseng dan rasa penasaran menggugah saya untuk sekali lagi setelah sekian lama tidak berkunjung ke perpustakaan yang terletak di bilangan jalan Sutoyo di Kota Pontianak.

Walaupun sebenarnya sering sekali saya melewati perpustakaan ini, namun baru saat itulah hati ini tergugah untuk masuk dan berkunjung. Ini adalah kunjungan kedua saya ke sana. Well, di umur saya yang 21 tahun dan ini baru kunjungan ke 2. Saya akui minat untuk menjadi penikmat perpustakaan memang agak kurang karena perkembangan toko buku Gramedia yang menurut saya lebih lengkap menjual beragam buku-buku. Ditambah fasilitas full-ac yang mendukung suasana untuk “ngadem” mengisi waktu luang.

Perpustakaan ini tampak tak berubah jika dibandingkan dengan kunjungan pertama saya ke situ. Hal ini menciutkan semangat saya mengingat image yang saya dapat dari kunjungan pertama bahwa perpustakaan ini masih kurang rapi dan begitu-begitu saja.


Rasa cemas itu pun sedikit menghilang ketika saya masuk. Dalamnya ternyata sudah mengalami kemajuan. Cat putih dan pintu dari kaca untuk tiap ruangan koleksi dan sedikit renovasi yang membuat perpustakaan ini terlihat lebih “muda”. Langkah saya sempat terhenti di simpang dua ruang koleksi karena tidak ada petunjuk ruangan mana yang menyimpan koleksi apa. Saya memutuskan untuk memasuki ruangan di kanan saya.

Setelah berkeliling di ruangan itu ternyata yang saya dapati adalah buku-buku beraliran ilmu eksak, mulai dari teknik sampai pertanian, dan sebagainya. Merasa tidak menemukan yang saya cari disini, maka saya melanjutkan perjalanan menuju ruangan di sebelah kiri tadi. Perlu saya tambahkan bahwa di masing-masing ruangan sudah dilengkapi dengan fasilitas AC. Hal ini menambah ketakjuban saya akan perkembangan perpustakaan ini.

Saya lebih merasakan aura ilmu sosial di ruangan yang satu ini. Berjejer buku-buku dari masing-masing rak mulai dari soal bahasa, filsafat, ilmu agama, politik, hukum, bahkan ilmu hubungan internasional. Buku Hans J. Morgenthau yang selama ini hanya saya kenal lewat judulnya pun ada, bahkan dengan edisi bahasa Indonesia. Hati saya semakin bergemuruh menandakan optimisme yang meningkat terhadap perpustakaan ini.

Setelah berkeliling dan sempat membaca salah satu buku filsafat berjudul “Machiavelli”, saya memutuskan untuk bertanya kepada petugas resepsionis. Karena sampai saat itu saya belum menemukan buku tentang Rusia. Setelah bertanya ternyata di atas terdapat juga ruang koleksi dan saya memutuskan untuk mencoba lantai 2 yang belum pernah saya jamah.

Terdapat sebuah ruangan koleksi lagi di kiri dan kanan jalan, tetapi saya memutuskan memilih ruangan di kanan jalan karena secara tampilan lebih meyakinkan. Di ruangan ini saya melihat tumpukan buku-buku pengetahuan seperti World Book dan banyak lagi koleksi keilmuan dasar yang cukup lengkap. Bahkan koleksi koran sejak tahun 1990an dengan berbagai macam merek terdapat disini.

Kebetulan sekali buku yang saya cari ada disini. Akan tetapi, sialnya saya tidak membawa kertas dan buku untuk mencatat bahan yang saya temukan. Setelah membaca saya memutuskan untuk pulang karena kekesalan tidak membawa alat tulis. Di tengah kebuntuan itu, saya berbincang dengan petugas perpustakaan di lantai 2 itu. Alhamdulillah ternyata saya boleh memfotokopi bahan yang saya perlukan di koperasi belakang perpustakaan dengan cukup meninggalkan kartu identitas. From below, i’m coming up!

Setelah mendapatkan yang saya cari-cari saya pun memutuskan untuk pulang mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB. Cukup puas dengan hasil yang saya dapat di hari itu.

Beberapa hal yang dapat saya sampaikan di sini adalah bahwa perpustkaan ini tidak terlalu ramai dikunjungi oleh pengunjung. Ketika saya bertanya ke petugasnya juga tidak bisa menyebutkan berapa detail rata-rata pengunjung ke sini. Saya berasumsi demikian karena melihat beberapa buku yang daftar peminjamnya sudah lama sekali atau bahkan terdapat buku-buku yang belum dipinjam.

Selain itu, dari awal masuk ke dalam perpustakaan tidak terdapat informasi yang jelas ke mana pengunjung hendak mencari buku yang dia cari. Baik informasi tertulis berupa petunjuk ruangan atau informasi lisan dari petugas-petugasnya. Sepertinya mereka menganut prinsip pasif, karena ketika saya sempat utarakan pertanyaan kenapa tidak ada petunjuk ruangan seorang petugas menjawab bahwa bertanya saja kepada petugas mungkin kami bisa membantu.

Di samping itu sedikit kekecewaan saya adalah urutan buku dan peletakan buku yang kadang tidak sesuai dengan label di raknya. Ditambah belum ada komputer pencari layaknya di toko-toko buku modern yang membantu pengunjung mencari buku yang mereka inginkan. Menurut pernyataan petugasnya memang sempat ada, hanya saja karena sering terjadi gangguan jaringan maka tidak gunakan untuk sementara. Ia juga mengeluhkan pembaca yang kadang tidak meletakkan buku pada tempatnya ditambah lagi mereka juga merasa kurang mampu mengawasi semua buku-buku yang ada.

Perpustakaan ini juga dilengkapi dengan fasilitas musholla yang juga full-AC. Hal ini dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung selama di perpustakaan. Saya dapat tambahkan bahwa koleksi di perpustakaan ini lumayan lengkap karena buku dari berbagai genre ada di sini.

Sebagai penutup tulisan ini saya ingin memberikan beberapa masukan, pertama dari segi tata letak buku. Akan lebih baik jika buku yang ada disusun rapi dan sering dicek ulang penempatannya, sehingga akan memudahkan pengunjung untuk mencari buku yang mereka inginkan. Ditambah lagi dengan adanya petunjuk keterangan ruangan. Karena ada kalanya pengunjung sungkan untuk bertanya, akan lebih baik jika hal tersebut ditambahkan.

Kedua, terkait promosi terhadap perpustakaan itu sendiri. Menurut saya perpustakaan bisa melakukan program kerjasama dengan sekolah-sekolah untuk melakukan kegiatan “Trip to Library”. Hal ini dapat berdampak pada penanaman minat baca anak dari usia dini sampai jenjang SMA. Selain itu, bisa juga melakukan promosi-promosi di tempat-tempat umum seperti Mall. Promosi juga menurut saya lebih dibuat menunjukkan perpustakaan itu bukan produk jadul, tapi merupakan produk yang tetap muda dan mengikuti perkembangan zaman.

Ketiga, arus informasi dan komunikasi melalui internet juga perlu digalakkan. Mungkin bisa dengan mendata buku-buku apa saja yang ada dan kemudian di posting di website perpustakaan propinsi ini. Sehingga orang bisa lebih gampang dalam mencari buku-buku yang mereka inginkan dan kemudian melakukan peminjaman dengan berkunjung ke perpustakaan berdasarkan informasi yang mereka dapatkan di website.

Saya berharap perpustakaan dan minat baca kita semua terus ditingkatkan. Karena bangsa yang beradab adalah budaya yang memiliki budaya literasi dan akan mati jika bangsa tersebut tidak mau membaca.

240911