11 August 2011

Semangat, Berbeda, dan Tujuan

Mencari semangat tidak hanya lewat mata, mencari semangat tidak hanya lewat kata. - Adityo D. Sudagung dalam sebuah inspirasi malam yang membuatku tetap terjaga



Sepenggal kalimat yang abstrak dan tanpa makna, mungkin saja. Tapi, sebaris kata-kata ini menerjemahkan beragam ide dari penulis. Apakah semangat? Bahkan penulis bingung menjelaskan "semangat" dalam satu atau lebih kata. Yang penulis tahu, semangat itu saat kita naik. Apa lagi itu saat kita naik? Penulis mengartikan istilah itu sebagai kondisi dimana jantung berdegup menggebu, aliran darah ke otak sangat lancar, adrenalin meningkat, dan mata ini terus terjaga saat tangan ini menari di atas deretan huruf di sebuah alat elektronik.

Sempit sekali definisi tersebut, kenapa? Karena jika dirangkai dan dimaknai, maka semangat hanya saat Anda mengetik lewat laptop atau komputer. Ternyata tidak hanya sekedar itu saja kondisinya. Laptop atau komputer penulis artikan hanya sebagai salah satu media. Salah satu media, bukan berarti satu-satunya media menyalurkan semangat.


Definisi singkat dari sepenggal kalimat di awal penulis resapi dan rasakan mungkin saat penulis sedang menulis tulisan ini di laptop. Lain halnya jika penulis sedang bermain futsal atau melakukan kegiatan lainnya. Akan tampak dan kedengaran beda lagi. Toh, itu bukanlah masalah yang besar kawan!


Beda tidak harus membeda-bedakan. Berbeda menambah wawasan kita, berbeda membuat kita menjadi lebih berpikir. Berbeda menunjukkan kita berjuta ragam aspek dari sebuah kata yang kita kenal "kehidupan".

Berbeda juga mampu membuat diri kita naik (definisi awal dari semangat). Penulis berbeda prestasi dengan rekan yang seprofesi, penulis akan lebih me"naik"kan diri. Anda pun demikian!

Semangat muncul saat Anda mempunyai tujuan, itu pasti! Pak Tani ingin memanen seratus karung padi sebulan, Pelajar ingin menjuarai lomba olimpiade, Atlet ingin mendapat medali, dan tujuan-tujuan lain memacu diri kita. Ingin lebih baik, tanamkan semangat dengan menancapkan tujuanmu, Kawan!

110811

Analisis atas Peluang Barcelona Mempertahankan Gelar Liga Champions

Bertahan di tahta juara atau malah tersingkir. Menurut analisis saya, terdapat tiga faktor yang dapat melanggengkan tahta juara El Barca di tahun depan.

Pertama, dari segi komposisi pemain. Messi, Iniesta, dan Xavi sebagai roh permainan. Plus Villa yang konsisten serta Pedro yang semakin bersinar. Jangkar tengah dipegang oleh Busquets. Ditambah masih ada pelapis sekelas Bojan , Affelay , Keita, Thiago, dan Mascherano di bangku cadangan.

Namun, perlu penyegaran di sektor pertahanan dan kiper karena sering terjadi kecolongan di sini. Optimalisasi pemain muda bisa menjadi solusi.


Kedua, hubungan antar pemain layaknya keluarga ditambah Guardiola yang mampu memberi motivasi kepada pemain. Hal ini menjadi nilai plus El Barca dalam mempertahankan gelar di tahun depan.

Ketiga, sihir Tiki-Taka masih jadi andalan, bahkan sampai detik ini klub-klub Eropa belum menemukan rumus mematikan Barcelona. Madrid-nya Mourinho yang sempat menyusahkan dengan formasi defensif, harus kemasukan 7 gol dalam 1 musim melawan Barca. Pantas jika muncul optimisme Azulgrana dapat mempertahankan prestasinya di tahun depan. Mungkin hanya bad luck yang bisa menghadang El Barca dari mempertahankan gelar juara.

050611

Fenomena Bersepeda

Akhir-akhir ini saya sering melihat pertumbuhan aktifitas bersepeda yang semakin menjamur. Setiap sore ada sekumpulan orang-orang bersepeda di kampus atau di jalan-jalan Jatinangor. Di Bandung sendiri, tidak hanya kalangan remaja tapi bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak, hampir semua kalangan bersepeda. "Jamur" sepeda ini sudah merebak mulai setengah tahun yang lalu. Sampai tadi sore saya berpergian ke Bandung menyusuri jalan veteran, hampir di sepanjang kanan-kiri jalan terlihat toko sepeda. Dari kelas atas sampai kelas menengah ke bawah.

Beberapa tahun sebelumnya, menurut hemat saya bersepeda itu hanya merupakan budaya kelas bawah. Dalam studi budaya disebut dengan low culture. Karena selama beberapa tahun belakangan, bersepeda di jalanan kota hanya dilakukan oleh orang-orang kelas bawah, seperti buruh, tukang, dan lainnya. Sepeda merupakan alat transportasi kelas bawah di Indonesia. Mungkin sempat ada kelompok sepeda ontel yang mulai menyemarakkan "low culture" ini, tapi masih belum terlihat sebagai rutinitas karena mereka adalah komunitas.


Di satu sisi, menjamurnya "virus" bersepeda ini memberikan keuntungan bagi para pemiliki dan penyedia jasa bengkel sepeda atau penjual sepeda. Terutama mereka yang di kelas menengah ke bawah. Setengah tahun lalu, ketika saya sedang mengunjungi salah satu bengkel sepeda di bilangan cileunyi, sempat terlintas pikiran saya "Adakah yang mau membeli sepeda sekarang-sekarang ini? Apakah sepeda akan punah?".

Pertanyaan ini mengisi kepala saya mengingat "invasi" kendaraan pribadi semacam motor dan mobil yang semakin banyak. Tapi, dengan berkembangnya kesadaran masyarakat akan hidup sehat kekhawatiran saya setengah tahun lalu mulai memudar. Hampir semua kalangan bersepeda akhir-akhir ini. Bersepeda tidak lagi dipandang sebagai aktifitas orang-orang kelas bawah.

Namun, di sisi lain pemikiran saya kembali mempertanyakan kondisi yang ada. Memang secara ekplisit bersepeda menjadi budaya populer dan digandrungi semua kalangan, tetapi dibalik budaya bersepeda ini muncul sedikit hal yang mengganjal pikiran saya. Yaitu, objek sepedanya itu sendiri yang berkeliaran di jalanan.

Kebanyakan yang saya amati sepeda yang digunakan itu bukanlah sepeda yang dahulu dipakai orang-orang kelas menengah ke atas yang mempertahankan budaya bersepeda itu, tetapi sepeda-sepeda yang berkeliaran mengikuti pergeseran kaum borjuis itu sendiri. Sepeda-sepeda bermerk dan beraneka model trendy dengan harga yang "wah" mencapai nominal jutaan justru yang banyak digunakan dan diminati oleh masyarakat. Saya melihat fenomena sebagai dampak dari pergeseran kaum borjuis yang melakukan aktifitas bersepeda ini. Image borjuis tidak lepas kendati melakukan aktifitas "low culture". Bahkan "culture" bersepeda ini yang terpengaruh bawaan orang-orang borjuis.

Sekali lagi muncul kekhawatiran saya, "Apakah bersepeda akan menjadi olahraga mahal?" "Apakah bersepeda menjadi "high culture"?" "Apakah ini akan memberikan efek dan stigma bahwa bersepeda jadi milik orang-orang borjuis saja?"

Dasar pertanyaan saya di atas adalah kondisi di lapangan yang memperlihatkan realita bahwa "sepeda-sepeda" yang berkeliaran adalah benda-benda yang tergolong mahal. Ketika orang-orang borjuis mengayuh sepeda jutaan rupiah dan meramaikan jalanan, ketika itu saya khawatir akan terjadi lagi kesenjangan dengan kaum proletar. Minder karena sepeda yang berbeda kelas, serta dari penampilan yang membuat bersepeda seolah elit dengan setelan komplit dan sebagainya.

Tadinya bersepada hanya budaya orang-orang proletar, kini mulai menjadi budaya populer. Akan tetapi terdapat kemungkinan menjadi budaya orang-orang borjuis mengingat dominasi sepeda-sepada yang harganya "wah" tadi. Memungkinkan terjadinya kesenjangan antara borjuis dan proletar lagi, namun kali ini bukan karena dikucilkan tapi karena naiknya kelas budaya bersepeda. Pembahasan ini tidak bertujuan menyudutkan atau menyatakan pesimistis, tapi hanya sekedar pemikiran seorang manusia yang mencoba bertanya akan realita di sekilingnya. Semoga pergeseran menjadi "high culture" itu tidak terjadi dan bersepeda bisa menjadi momen menyatukan bangsa!

290511

Laga Arsenal - Manchester United : Memperpanjang Drama Premier League Inggris

Sebelum peluit dibunyikan menandakan dimulainya pertandingan, secara status quo kedua tim berada dalam pressure yang tinggi. Arsenal sebagai tuan rumah mempunyai tugas besar untuk meraih poin maksimal 3 angka. Tugas ini guna me-lurus-kan kembali jalur Arsenal di papan klasemen. Karena dua laga terakhir di kancah liga Inggris menunjukkan performa yang jauh dari kata sempurna, ditahan imbang 1-1 lewat drama injury time oleh Liverpool serta dihantam Bolton 2-1. Arsenal yang sempat memuncaki klasemen sementara musim ini, kini tercecer di peringkat 3 klasemen.

Sebaliknya tim tamu datang dengan semangat menggebu hasil dari rentetan kemenangan di beberapa pertandingan terakhir, yang salah satunya adalah melawan Schalke 2-0 di kandang lawan. Ambisi untuk segera mengunci gelar menjadi penambah semangat juang anak-anak Teather of Dream. Datang dengan seluruh pemain terbaiknya, menyusul kembalinya Berbatov di lini depan. Ditambah lagi kewajiban untuk menang mengingat Chelsea (peringkat 2 klasemen) baru saja menang dan mempersempit jarak menjadi 3 angka, plus pekan depan kedua tim ini akan menghadapi clash of the king.


Secara keseluruhan jalannya pertandingan berat sebelah sampe dengan pertengahan babak kedua. Arsenal dengan pemain-pemain muda nan lincah macam Wilshere, Walcott, Ramsey, dan Nasri mendominasi lapangan tengah permainan. Ball possesion bahkan sampai 68% - 32%. Sedangkan pemain Manchester United terlihat hanya sesekali melakukan serangan balik lewat Wayne Rooney ataupun bola-bola silang dari Nani.

Pada babak pertama terdapat insiden handsball Vidic di kotak pinalti yang tidak ditanggapi oleh wasit. Insiden kecil juga terjadi ketika Wilshere beradu badan dengan Rooney hingga si nomor 10 MU melakukan dorongan terhadap Wilshere. Hal ini berujung kartu kuning untuk Rooney. Perubahan tempo mulai terasa ketika serangan balik Arsenal yang diawali oleh umpan terobosan Ramsey kepada Van Persie. Van Persie kemudian mendribble bola sampai kotak pinalti kemudian memberikan umpan tarik kepada Ramsey yang berdiri bebas di tengah kotak pinalti MU. Satu sentuhan datar mengarah ke sudut kanan gawang Van der Sar yang kali ini telat untuk bereaksi. Gooollll!!!

Itulah momen yang merubah permainan di sisa 20 menit babak kedua tersebut. MU seolah bangun dari tidurnya dan mulai melancarkan serangan-serangan ke gawang Arsenal. Szczesny boleh dibilang pahlawan Arsenal malam ini. Penampilan yang konsisten dalam menghalau bola-bola yang datang ke gawangnya membuat para pemain MU tidak mampu berbuat banyak dalam pertandingan tersebut. Bahkan Sir Alex Fergusson sampai menurunkan tiga pemain bertipe penyerang, yaitu Rooney, Berbatov, dan Owen. Ditambah dua sayap Nani dan Valencia. Usaha demi usaha tidak berbuah hasil, dan yak Arsenal menutup akhir pekan ini dengan kemenangan atas pemimpin klasemen sementara.

Pada pertandingan malam ini, saya melihat adanya kurang motivasi dari pihak MU untuk memenangkan pertandingan. Terlihat pemain MU dari awal lebih memilih bertahan dan menunggu kesalahan-kesalahan lawan, untuk kemudian melakukan serangan balik. Mungkin dari awal mereka hanya menargetkan hasil seri, namun jika melihat situasi dimana Chelsea semakin menempel sudah seharusnya MU bermain terbuka dan mengejar keunggulan angka.

Hasil dari pertandingan malam ini, membuat persaingan di Liga Inggris kembali memanas. Race until the end, mungkin itulah tajuk dari Liga Inggris musim ini. Kecerobohan MU berakibat fatal, Chelsea yang kembali membaik, diikuti Arsenal yang malam ini mendapat "semangat hidup" menjadikan Liga Inggris di akhir musim ini kembali bergairah. Jangan lupakan di peringkat empat,lima, dan enam. Manchester City, Liverpool, dan Tottenham saling berebut untuk berebut tiket Liga Champions. Khusus nama kedua, The Reds telah menemukan jati dirinya setelah di awal musim pernah masuk zona degradasi. What a comeback!

Saya pribadi mengakui, Liga Inggris musim ini merupakan salah satu liga dengan drama terpanjang dan terseru. Mengalahkan Liga Jerman yang telah menemukan juara barunya Borusia Dortmund, Liga Italia yang juga hampir menasbihkan juara barunya AC Milan, dan Liga Spanyol yang merupakan ajang Barcelona - Madrid dari awal hingga akhir musim. Siapakah yang akan memenangkan perlombaan merebutkan tahta juara Liga Inggris? MU-kah? Atau Chelsea-kah? Apa mungkin Arsenal mendapat mukjizat?

Mari berdebar-debar! - kalimat yang diucapkan Teppei Sakamato dalam komik Fantasista.


010511